Presiden Jokowi Ingin Libur Akhir Tahun 2020 Dipangkas, Pengamat: Pasti Banyak Pengusaha Kecewa

- 25 November 2020, 20:26 WIB
Sejumlah pengunjung memadati kawasan Pantai Padang, Sumatera Barat, Minggu 1 November 2020. Masa libur panjang dimanfaatkan warga Padang dan sekitarnya untuk berwisata dengan mengunjungi Pantai Padang.
Sejumlah pengunjung memadati kawasan Pantai Padang, Sumatera Barat, Minggu 1 November 2020. Masa libur panjang dimanfaatkan warga Padang dan sekitarnya untuk berwisata dengan mengunjungi Pantai Padang. /Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww./

PR CIREBON - Penyebaran Covid-19 masih belum juga menunjukkan adanya penurunan, sehingga Presiden RI Joko Widodo berencana mengurangi libur dan cuti bersama pada akhir tahun.

Lantaran libur panjang tersebut memicu kerumunan dan mengakibatkan penyebaran Covid-19 semakin menjadi besar.

Hal ini dikonfimasi oleh Menteri Koordinasi bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang menyampaikan Presiden Joko Widodo meminta adanya pengurangan libur dan cuti bersama akhir tahun.

Baca Juga: Selain Netralitas di Pilkada 2020, Kapolri Ingatkan Kasatwil Tegakkan Prokes dan Tindak Tegas Anarko

Menanggapi hal tersebut, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Biima Yudistira memprediksi pemangkasan libur panjang akhir tahun akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat konsumsi masyarakat.

"Libur Natal dan tahun baru ini puncak konsumsi rumah tangga tertinggi kedua setelah libur Idul Fitri, jika diperpendek pasti berdampak, khususnya ke sektor pariwisata," kata Bima Yudistira, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Menurut Bima, pemangkasan libur panjang dapat mengakibatkan kerugian kepada pelaku usaha bidang perhotelan dan restoran  karena pastiny mereka sudah menyiapkan stok lebih banyak mulai dari kamar hingga merekrut tenaga kerja baru untuk menghadapi libur akhir tahun.

Baca Juga: Dugaan Korupsi Benih Lobster, Dedi Mulyadi Ungkap Tiga Alasan Kebijakan Merugikan dari Edhy Prabowo

Selain itu, dampaknya juga kepada konsumsi rumah tangga karena masyarakat ekonomi menengah ke atas biasanya berbelanja saat libur panjang akhir tahun.

"Mereka menyiapkan stok bahan baku dan kamar dari November mulai merekrut pegawai baru untuk menyiapkan peak season akhir tahun, tapi libur panjang dipotong pasti banyak pengusaha kecewa, banyak dirugikan di sketor pariwisata," kata Bima.

Apabila libur panjang benar-benar akan dipangkas, Bima memperkirakan konsumsi akan tumbuh negatif kisaran 3-4 persen pada kuartal IV 2020 karena konsumsi rumah tangga berperan kisaran 56-57 persen terhadap pergerakan ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: Keponakannya Tertangkap Penyalahgunaan Narkoba, Ashanty Ungkap Harapan pada Millen Cyrus

Bima mendorong penentu kebijakan untuk percaya terhadap protokol kesehatan yang sudah di terapkan di setiap wilayah.

"Kalau pesimis angka penularan meningkat karena libur panjang berarti sekalian dilakukan pembatasan sosial lebih ketat," imbuhnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x