Pengamat Terorisme Bongkar Rasa Penasaran Publik, Bicarakan Motif Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber

15 September 2020, 10:07 WIB
Syekh Ali Jaber.* //via rri.co.id/Instagram/@mahfud MD

PR CIREBON - Motif pelaku penusukan Syekh Ali Jaber masih menimbulkan rasa penasaran publik, sehingga pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta ikut angkat bicara.

Secara gamblang, ia meminta semua pihak menunggu hasil penyelidikan dan penyidikan lengkap dari Polri dan para ahli terkait motif pelaku penusukan penceramah Syekh Ali Jaber di Lampung pada Minggu, 13 September 2020.

"Apalagi ada informasi yang beredar bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa, pelibatan ahli sangat perlu untuk memastikan informasi ini," ungkap Stanislaus pada Senin, 14 September 2020.

Baca Juga: 8 Provinsi Sumbang 75 Persen Kasus Aktif Covid-19, Luhut Pandjaitan Diminta Bereskan dalam 2 Pekan

Lebih lanjut, Stanislaus menduga awal pelaku mengalami gangguan jiwa, mengingat pelaku yang tinggal di dekat lokasi, tepatnya kemungkinan kecil aksi ini dilatarbelakangi suatu cipta kondisi, apalagi bila dihubungkan dengan Pilkada serentak 2020.

Namun demikian, kasus penusukan Syekh Ali Jaber menunjukkan bahwa pemuka agama menjadi salah satu profesi berisiko tinggi, meski apa pun motif dan latar belakang dari pelaku tersebut.

Artinya, hal ini menjadi keprihatinan karena pemuka agama yang melakukan pekerjaan mulia tidak terlindungi dan mendapat serangan.

Baca Juga: PBSI Butuh Regenerasi Pengurus, Deretan Atlet Legenda Sepakat Dukung Moeldoko Jadi Ketum Baru

Untuk itu, Stanislau meminta agar motif dari pelaku harus digali, termasuk membuktikan informasi yang beredar bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa.

"Jika benar mengalami gangguan jiwa maka perlu melibatkan para ahli psikologi untuk mengungkap alasan mengapa korban diserang oleh pelaku," jelas Stanislaus, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.

Di sisi lain, ia melihat belum ada bukti bahwa ada kaitan antara pelaku dengan jaringan teroris, tetapi kemungkinan ini harus diselidiki agar dapat diungkap apakah pelaku bertindak sendiri atau ada pihak lain yang memerintah dari belakang pelaku.

Baca Juga: Fadjroel Jubir Presiden Rasa Buzzer, Roy: 2014 Teriak Utang SBY Ugal-ugalan, kok Lebih Parah Jokowi

Sementara itu, Stanislaus juga mengingatkan hasil penyelidikan kasus perlu diungkap dan disampaikan kepada publik agar tidak terjadi simpangsiur informasi di masyarakat.

"Yang harus diwaspadai lagi adalah peristiwa ini bisa dikapitalisasi oleh pihak tertentu menjadi isu SARA atau isu politik. Hal ini harus dicegah dengan cara mengungkap secara transparan tentang motif pelaku," pungkas pengamat terorisme ini.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler