Semakin Panas, Iran Minta Korea Selatan untuk Hindari Politisasi Penyitaan Kapal Tanker

11 Januari 2021, 08:41 WIB
Kapal Korea Selatan yang disita oleh Iran.* /Twitter.com/@Auroraintel

PR CIREBON – Terkait penyitaan kapal Korea Selatan oleh Iran, negara tersebut menegaskan agar negara dengan julukan Negeri Gingseng itu mampu menghindari politisasi tindakan itu.

Iran juga menekan Korea Selatan untuk mengeluarkan dana sebesar 7 miliar dolar atau sekitar Rp105 triliun yang dibekukan di tengah yang diberikan Amerika Serikat (AS).

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Choi Jong-kun, tiba di ibukota Iran, Teheran, pada Minggu, 10 Januari 2021 kemarin untuk membahas pelepasan MT Hankuk Chemi berbendera Korea Selatan yang disita oleh negara itu di dekat selat strategis Hormuz.

Baca Juga: Jelang Hari Terakhir jadi Presiden, Staf Gedung Putih Sebut Trump Kehilangan Pemerintahannya Sendiri

Iran membantah tuduhan bahwa penyitaan kapal tanker dan 20 awaknya itu sama dengan penyanderaan, dan mengatakan bahwa Seoul yang ‘menyandera’ dana Iran.

“Seoul harus menahan diri dari mempolitisasi masalah dan propaganda sia-sia dan membiarkan proses hukum dilanjutkan,” tegas Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Juru bicara pemerintah Iran sebelumnya mengatakan bahwa kapal itu disita berdasarkan perintah pengadilan Iran untuk mencegah pencemaran lingkungan.

Baca Juga: Soroti Tragedi Sriwijaya Air, Analis Asing: Saya Khawatir Standar Keselamatan Udara Indonesia

Namun, operator kapal yang berbasis di Busan, Taikun Shipping, mengatakan bahwa tidak ada indikasi sebelum penyitaan kapal bahwa pihak berwenang Iran sedang menyelidiki kemungkinan pelanggaran aturan lingkungan.

"Selama sekitar dua setengah tahun, bank-bank Korea Selatan telah membekukan dana Iran. Itu tidak dapat diterima. Dalam pandangan kami, ini karena kurangnya kemauan politik Seoul (untuk menyelesaikan masalah) daripada sanksi AS,” kata Araqchi.

AS memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran pada 2018 setelah Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan enam negara besar.

Baca Juga: Hendak Menuruni Tangga, Pria Ini Diduga Didorong dan Diserang Oleh Seorang Nenek

Di bawah kesepakatan itu, Iran setuju untuk mengekang pekerjaan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.

Sementara itu, Iran telah membalas dengan melewati batasan kesepakatan selangkah demi selangkah.

Dalam sebuah langkah yang dapat mempersulit upaya Presiden terpilih AS Joe Biden untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu.

Teheran mengatakan pihaknya telah melanjutkan pengayaan uranium 20 persen di fasilitas nuklir bawah tanah Fordow. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler