Dibandingkan Jadi Negara Agama, Publik Lebih Ingin Indonesia Mempertahankan NKRI

26 November 2020, 10:15 WIB
NKRI Harga Mati /YRKI Pengrov Kaltim-Kaltara/Andre R

PR CIREBON – Hampir mayoritas publik siap untuk mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dibandingkan adanya wacana agar Indonesia menjadi negara agama.

"Hampir mayoritas mutlak publik menyatakan siap untuk mempertahankan tegaknya NKRI dan menolak wacana agar Indonesia menerapkan agama sebagai dasar kehidupan bernegara," kata Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta SK di Jakarta pada Rabu 25 November 2020, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Menurutnya, kepulangan Rizieq Shihab dari Arab Saudi juga menimbulkan kekhawatiran akan ancaman terhadap Republik Indonesia.

Baca Juga: Meski Edhy Prabowo Terjerat Korupsi Benur, Elektabilitas Prabowo Subianto Malah Naik

Dari hasil survei, hanya sebagian kecil yang menginginkan Indonesia menjadi negara agama yaitu sebesar 13,3 persen. Selebihnya 5,2 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.

Selama ini Rizieq gencar menyuarakan penegakan syariat Islam melalui aksi sweeping hingga transformasi gerakan politik di Pilkada DKI Jakarta yang bernuansa politik identitas atau SARA sangat kental.

Sejak berdirinya Republik Indonesia, kata dia, para "founding fathers" menyusun konsensus Pancasila sebagai dasar negara kesatuan di tengah kebinnekaan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Mengejutkan, Nama Habib Rizieq Muncul dalam Survei Elektabilitas Calon Presiden 2024

Bagi kaum nasionalis, Pancasila adalah ideologi terakhir, sebagai titik kompromi bagi keberagaman. Mengubah Pancasila dan NKRI berarti berpotensi memecah belah bangsa Indonesia.

Sayangnya, gejolak politik identitas belakangan ini mengancam kesepakatan bangsa.

Munculnya nuansa religius hingga munculnya konsep kekhalifahan telah menimbulkan perlawanan dan menguatkan semangat bela Pancasila dan NKRI.

"Menguatnya politik identitas itu memuncak pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pemilu 2019, yang nyaris membelah masyarakat dalam polarisasi yang belum usai hingga sekarang," katanya.

Baca Juga: Penangkapan Kasus Suap Menteri KKP Edhy Prabowo Cs, KPK Ungkap ATM jadi Bukti Vital

Keberagaman memang menjadi fitrah bangsa ini, karena itu bangsa kita memilih untuk bersatu alih-alih bercerai-berai," tambahnya.

Kuatnya dukungan publik terhadap NKRI dan penolakan terhadap negara agama menjadi sinyal optimisme.

Para elite politik dan tokoh bangsa diharapkan untuk terus menjaga komitmen dan tidak latah memainkan politik identitas demi kepentingan elektoral.

Baca Juga: Demi Fitur Baru 'Chapter' Video, YouTube Uji Coba Artificial Intelligence untuk Memudahkan Pengguna

Survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019.

Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Survei CPCS dilakukan pada 11-20 November 2020, mewakili 1.200 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler