Alasan Pembangunan Pabrik Pupuk Organik, Nana Sutisna: Masalah Kohe Selama Ini Berdampak pada Sosial-Ekonomi

3 Februari 2021, 07:51 WIB
Direktur Utama Perumda Dr. Nana Sutisna, SE., MM., CSMA, memberikan pemaparan alasan dibangunnya pabrik pupuk organik yang didirikan melalui perusahaan patungan dengan nama PT Bioganik Jaya Makmur, di Kel. Cipari, Kec. Cigugur, Kab. Kuningan, Jawa Barat, Selasa 2 Februari 2020.* /PR Cirebon/Erix Exvrayanto

PR CIREBON — Direktur Utama Perumda Dr. Nana Sutisna, SE., MM., CSMA menyampaikan paparannya tentang pembangunan pabrik pupuk organik dengan perusahaan patungan.

Langkah pembangunan pabrik pupuk organik disebutnya sebagai solusi mengatasi masalah pencemaran lingkungan kotoran hewan (kohe) di wilayah Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Hal tersebut disampaikannya dalam acara “Kick Of Perusahaan Patungan dan Peletakan Batu Pertama Pabrik Pupuk Organik PT Bioganik Jawa Makmur”, di Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan pada Selasa 2 Februari 2021.

Baca Juga: Masuk dalam Penghargaan International Agile 50, Ridwan Kamil: Teknologi Selalu Menjadi Andalan Saya

Nana Sutisna memaparkan Kabupaten Kuningan terutama di Blok Cisumur Kelurahan Cipari, lebih dari 5 tahun belakangan ini menghadapi permasalahan besar yang disebabkan oleh kotoran hewan (kohe), khususnya dari sapi perah.

“Dampak dari masuknya kotoran hewan ke sungai dan saluran mengakibatkan beberapa permasalahan terutama pencemaran air dan tanah. Tentu permasalahan kohe selama ini telah berdampak sosial-ekonomi yang tidak sedikit kepada masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Dikatakan Nana, Pemerintah Kabupaten Kuningan telah mengambil langkah-langkah untuk menjadi solusi bagi penyelesaian permasalahan kohe tersebut.

Baca Juga: Resmikan Rest Area Khusus Pemuda Majalengka, Wagub Uu Ruzhanul Ulum: Pemuda Harus Sibuk dengan Hal Positif

Adapun berbagai tindakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan diantaranya:

1. Pembuatan tempat penampungan kotoran hewan (kohe) di tanah Pemda Blok Cipari agar tidak dibuang atau terbuang ke sungai.

2. Pembuatan bangunan untuk pengolahan kohe menjadi pupuk.

3. Meminjamkan mobil operasional untuk angkutan kotoran hewan (Kohe) dari peternak ke tempat penampungan kohe di blok Cipari.

Baca Juga: Jadi Daerah Pertama, Provinsi Jawa Barat Sahkan Raperda Pesantren

4. Melaksanakan sosialisasi yang optimal kepada para peternak.

5. Melaksanakan dialog dengan berbagai pihak untuk penyelesaian permasalahan ini; serta langkah-langkah strategis lainnya.

Perumda Aneka Usaha Kuningan sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang juga bagian dari Pemerintah Kabupaten Kuningan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah terus mencari solusi-solusi komprehensif yang berorientasi kepada penyelesaian jangka panjang dan berkelanjutan untuk menuntaskan permasalahan kohe ini.

Baca Juga: Perika Beberapa Saksi, KPK Telusuri Aliran Uang dalam Kasus Suap Dana Banprov Jawa Barat untuk Indramayu

“Perumda berinisiatif untuk melakukan pendekatan bisnis dalam penyelesaian permasalahan tersebut dengan menggandeng berbagai mitra,” terang Nana Sutisna.

Perumda Aneka Usaha Kuningan dengan mitra PT Citra Agrifarmerindo dan Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha telah bersepakat untuk membangun perusahaan patungan dibidang industri pupuk organik.

PT Cipta Agrifarmerindo telah memiliki pengalaman dibidang industri pengolahan pupuk organl dan juga memiliki jaringan dan kerjasama dengan PT Pupuk Indonesia.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca untuk Wilayah Kuningan Selasa 2 Februari 2021, BMKG Prediksi akan Cerah Berawan dan Hujan

Adanya kerjasama dengan PT Citra Agrifarmerindo merupakah upaya untuk menyerap produk dari pabrik yang akan dibangun.

Perumda Aneka Usaha juga bermitra dengan Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha yang memiliki bahan baku kotoran hewan (kohe). Dengan demikian, dari sisi pasar dan bahan baku, telah adanya kepastian.

Produk pupuk organik yang dihasilkan dari pabrik yang akan dibangun ini telah memiliki pasar tetap yaitu, PT Pupuk Indonesia serta kepastian bahan baku dari Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha.

Baca Juga: Pemprov Jawa Barat Laksanakan Vaksinasi Covid-19 Massal untuk Nakes, Berikut Rincian Tempat Pelaksanaannya

Kemitraan tripartrit ini menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan terhadap kotoran hewan yang sudah mewabah dalam 10 tahun ini.

Kehadiran pabrik pupuk organik ini menjadi bagian dalam membuka serapan tenaga kerja sehingga dapat berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Perumda Aneka Usaha juga berkolaborasi dan mendukung program Pemerintah Kabupaten Kuningan yaitu, ‘Petani Mandiri Pupuk’. Dengan demikian, diharapkan pada tahun 2023 permasalahan  kohe sudah tuntas seluruhnya.

Baca Juga: 4 PMI Peserta Amnesti Berhasil Dipulangkan KBRI Muscat Oman, Diharapkan Jadi Duta PMIB

Dalam kesempatan ini Direktur Utama Perumda Aneka Usaha  Nana Sutisna melaporkan, bahwa total potensi bahan baku kohe di kecamatan Cigugur berjumlah 144 ton, yang dihasilkan dari 3.200 ekor sapi.

Untuk mengolah potensi bahan baku tersebut perumda melakukan penanganan industri usaha seluas 4.000 meter dikawasan tersebut.

“Dalam master plan kami di area tersebut akan di bangun pabrik seluas 4.000 meter yang di dalam nya akan di bangun kantor, lab, mushola dan tempat uji coba,” ujarnya.

Baca Juga: BMKG: Prakiraan Cuaca Kuningan, Minggu 31 Januari 2021 Pagi Cerah Berawan Jelang Sore Hujan

Selain itu ia menegaskan dalam tahun 2022 seluruh potensi bahan baku yang ada di Cigugur akan di olah menjadi bahan jadi.

“Kami berharap dari upaya ini dapat membantu mengurangi pengangguran di Kuningan, Karen jika didirikan pabrik akan membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat disini,” ucap Nana Sutisna.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Dr. Ukas Suharfaputra, MP., mengungkapkan, tahun 2020 kemarin target produksi pangan Kabupaten Kuningan mampu memenuhi target bahkan melampaui target.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kabupaten Kuningan, Sabtu 30 Januari 2021: Diprediksi Berawan hingga Diguyur Hujan

Kabupaten Kuningan merupakan 4 besar dari 27 kabupaten di Jawa Barat dalam produksi komoditi sereal.

“Tahun ini kita akan program kan sedikit demi sedikit mengurangi pupuk non organik melalui kebijakan atau program petani mandiri berbasis pupuk organik lokal. Ada 16 titik yang akan diplot memulai program pupuk berbasis lokal, bentuknya adalah kegiatan, edukasi, dan pelatihan,” tandasnya.***

Editor: Asri Sulistyowati

Tags

Terkini

Terpopuler