Biden Presiden AS Kemungkinan Balik ke Kesepakatan Nuklir, Iran Bereaksi: Terlalu Dini Komentar

- 8 November 2020, 10:18 WIB
Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat.
Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat. /About Energy/

PR CIREBON - Hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat yang diumumkan pada hari Sabtu, 7 November 2020 menyatakan bahwa kandidat asal Demokrat Joe Biden telah mengalahkan kandidat petahana Partai Republik Donald Trump.

Dalam pemilihan presiden AS yang diperebutkan sangat panas itu telah menarik reaksi yang beragam di Iran.

Segera setelah media AS menyatakan Biden sebagai pemenang, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menuliskan di akun media sosial Twitter untuk mengecilkan efeknya terhadap kebijakan AS terhadap Iran dan wilayah tersebut.

"Terlepas dari hasilnya, satu hal yang benar-benar jelas: penurunan politik, sipil, moral yang pasti dari rezim AS," tulisnya, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Anadolu Agency.

Baca Juga: Bukti Terkuat Ilmuwan Soal Covid-19, Pasien Sembuh Punya Pertahanan Tubuh Lebih Kuat

Utusan Iran untuk Azerbaijan dan mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri, Syed Abbas Mousavi, mengeluarkan pernyataan yang menekankan kebijakan Biden akan mirip dengan pendahulunya.

Sementara itu, sikap resmi Iran tetap bahwa tidak ada perbedaan antara Trump atau Biden, ada optimisme yang dijaga bahwa hal-hal dapat berubah di bawah presiden yang terpilih jika dia menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.

Sabtu sebelumnya, Presiden Hassan Rouhani, sambil memuji apa yang disebutnya "perlawanan bangsa Iran" terhadap "kampanye tekanan maksimum" pemerintahan Trump terhadap Iran, mengatakan dia berharap pemerintahan baru di Washington akan mengubah halaman terdahulu.

"Kami berharap bahwa pemerintahan AS berikutnya belajar dari pengalaman tiga tahun lalu dan kembali ke komitmennya," katanya, rujukan yang jelas tentang keluarnya Trump dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018.

Baca Juga: Prediksi Sadis Trump Keluar dari Gedung Putih, Presiden Pertama Langsung Pergi ke Penjara, Kenapa ?

Dengan nada rekonsiliasi, menunjukkan Teheran bersedia berbicara, Rouhani menyatakan harapan bahwa AS akan "memahami bahwa mereka telah salah" dalam kebijakan terhadap Iran.

Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Aragchi juga membuat komentar serupa yang menegaskan "pendekatan baru" dapat berkembang dalam kebijakan Washington jika Biden berkuasa.

Dia mengatakan Iran akan "mengadopsi metode dan solusi yang tepat" sesuai dengan pergeseran kebijakan Washington terhadap Iran tetapi memperingatkan bahwa Teheran juga akan "melawan ancaman apa pun."

Baca Juga: Cara Cek Penerima BSU BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2, Dicairkan Senin 9 November 2020

Mengenai kemungkinan Biden kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dinegosiasikan selama masa jabatannya sebagai wakil presiden AS, Aragchi mengatakan "masih terlalu dini untuk mengomentarinya."

Pemilihan presiden AS 2020 telah membuat minat yang luar biasa pada media dan intelligentsia Iran, dengan beberapa menyebutnya sebagai "pemilihan AS yang paling konsekuensial bagi warga Iran" dalam empat dekade.

Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat sejak 2018 ketika Trump mengumumkan penarikan sepihak dari kesepakatan nuklir, diikuti dengan pengembalian sanksi.

Warga Iran dengan hati-hati optimis bahwa Biden akan kembali ke kesepakatan dan melonggarkan sanksi.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x