Donald Trump Bisa Menang Pilpres AS, Pengamat: Jika Pakai Sistem Elektroral, Debat pun Jadi Penentu

- 23 Oktober 2020, 14:58 WIB
Ilustrasi Donald Trump memakai masker / Sumber Pixabay
Ilustrasi Donald Trump memakai masker / Sumber Pixabay /

PR CIREBON – Berbagai tokoh dan pengamat di Amerika Serikat memperkirakan Donald Trump akan kembali menang terpilih sebagai Presiden AS di Pilpres tahun ini. Salah satunya CEO G.M. Hillman & Associates Gracia Hilman memperkirakan Donald Trump akan memenangi mayoritas suara elektoral dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini.

“Iya itu mungkin, Trump mendapatkan mayoritas atau hasil maksimal suara elektoral dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini,” ujar Gracia Hillman dalam sesi wawancara kepada media, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Baca Juga: Rocky Nilai A Minus Satu Tahun Jokowi-Ma'ruf, Nasdem: Beruntung Santai, Era Soeharto Pasti Hilang

Namun, dirinya memperkirakan untuk selisih suara elektoral antara Trump dan Biden sangat dekat.

Pemilihan presiden Amerika Serikat menerapkan sistem electoral college yang tersebar di 50 negara bagian.

Dengan penggunaan sistem suara elektoral, calon presiden yang berhasil memenangkan suara mayoritas secara nasional (voting populer) tidak langsung menjadi pemenang.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Lebih Parah dari Krisis 98, Rizal Ramli: Menteri Tanpa Pengalaman, Skandal Mulu

Hal itu disebabkan kemenangan kandidat calon presiden ditentukan berdasarkan suara elektoral.

“Terkait sistem suara elektoral, kami tidak yakin akan mengubah sistem itu dalam Pilpres AS, karena menurut pendiri hal itu merupakan cara terbaik untuk memilih presiden,” ujar dia.

Pada pemilu 2016 adalah pengingat yang menguatkan bahwa kursi presiden AS dimenangkan atau dikalahkan di negara bagian dan bukan dalam pemilihan umum nasional.

Baca Juga: ShopeePay Perkuat Keamanan Akun Pengguna, Hadirkan Fitur Rekognisi Wajah dan Sidik Jari

Donald Trump kalah secara nasional 2,9 juta suara (2,1 persen dari total suara) saat memenangkan mayoritas suara elektoral.

Terkait dengan korelasi antara hasil debat dan elektabilitas masing-masing kandidat, Gracia Hillman menyebutkan debat calon presiden dan wakil presiden ikut mempengaruhi elektabilitas para kedua kandidat.

“Seberapa besar pengaruhnya itu tergantung oleh seberapa jauh para kandidat mengatasi isu yang diajukan dalam sesi debat. Jadi tergantung kepada isu dan bagaian para kandidat menanggapi isu itu,” ujar Komisaris Komisi Bantuan Pemilu AS itu.

Baca Juga: Berdayakan Korban PHK dan Kaum Disabilitas, Menaker Luncurkan Program MangCovid

Hillman mengatakan debat capres maupun cawapres sangat bermanfaat dan informatif bagi warga AS.

Debat Wapres Amerika Serikat Mike Pence dengan penantangnya dari Partai Demokrat Kamala Haris menarik 57,9 juta pemirsa televisi. Berdasarkan data Nielsen yang dirilis Kamis, 9 Oktober 2020, ini merupakan peningkatan yang cukup besar dari debat pra-pemilihan serupa pada tahun 2016, seperti dilansir Reuters.

Jumlah angka penonton untuk debat pada Rabu malam di Salt Lake City termasuk orang-orang yang menonton di 18 jaringan. Penghitungan tersebut 36 persen lebih tinggi dari empat tahun lalu, ketika 37 juta orang menonton untuk melihat debat cawapres AS antara Mike Pence dan Tim Kaine dari Partai Demokrat.

Baca Juga: Perlu Tahu, Berikut 5 Tahap Pengembangan Vaksin Covid-19 Sebelum Diproduksi Massal

Dalam acara 90 menit yang sarat kebijakan, Pence dan Harris berselisih tentang penanganan pandemi virus corona oleh pemerintahan Trump.

Debat Cawapres biasanya menarik lebih sedikit penonton daripada debat antara Capres.

Debat Presiden Donald Trump pada 29 September dengan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden menarik 73 juta pemirsa, yang menjadi acara terbesar kedua di televisi AS tahun ini, setelah Super Bowl.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x