Cynthia Abdon-Tellez, manajer umum organisasi amal Mission for Migrant Workers, mengatakan aturan tinggal bersama majikan itu diskriminatif karena hanya berlaku untuk pekerja rumah tangga migran yang akan mendorong beberapa orang ke dalam kondisi kehidupan yang mengerikan.
Sebuah survei tahun 2017 yang dilakukan oleh organisasinya menemukan hampir setengah dari pekerja rumah tangga migran tidak memiliki kamar sendiri, dengan beberapa terpaksa tidur di dapur atau balkon di apartemen yang sempit.
"Mereka tinggal di lemari, toilet, atau lubang kecil di atas lemari es atau oven, apa pun yang dapat mereka masuki. Dalam beberapa kasus ekstrem, mereka tinggal di tempat yang tampak seperti rumah anjing," kata Abdon-Tellez.***