Tanpa Kewarganegaraan hingga Mengungsi, Rohingya Masih Mencari Harapan Usai Kabur dari Myanmar

- 6 Juli 2020, 09:53 WIB
FOTO ilustrasi pembantaian etnis Rohingnya.*/REUTERS
FOTO ilustrasi pembantaian etnis Rohingnya.*/REUTERS /

Negara itu sepakat pada bulan Januari untuk memberikan 10.000 siswa Rohingya akses ke kurikulum sekolah formal, program percontohan yang ditargetkan bagi mereka dari kelas enam hingga sembilan. Pada akhirnya akan berkembang ke orang lain, kata Mawji. 

Meski demikian, hanya sekitar 13 persen anak laki-laki remaja dan 2 persen anak perempuan remaja yang memiliki akses ke pendidikan di kamp-kamp, ​​kata badan anak-anak PBB, menunjukkan bahwa anak-anak perempuan terkena dampak secara tidak proporsional.

Baca Juga: Lakukan Adaptasi Tatanan New Normal, Kepolisian Luncurkan Inovasi Baru Perpanjang SIM dari Rumah

Kelompok HAM memuji program percontohan sebagai kemenangan kecil, tetapi Robertson dengan cepat menunjukkan bahwa 10.000 anak "tidak banyak ketika Anda berbicara tentang lebih dari satu juta pengungsi.”

"Apa yang Anda lihat adalah pengerdilan aspirasi pendidikan Rohingya - seluruh generasi anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan," tambahnya.

UNHCR berharap, dengan adanya investasi yang tepat dalam pendidikan, anak-anak Rohingya dapat mulai menentukan nasib mereka sendiri dan berkontribusi lebih banyak kepada komunitas mereka.***

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: CNBC


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x