Peneliti Turki juga menuduh bahwa tubuh Khashoggi dipotong-potong dengan gergaji tulang dan kemudian dilarutkan dalam asam di tempat konsulat.
Pembunuhan mengerikan Khashoggi mengejutkan sekutu barat Arab Saudi, menjerumuskan kerajaan ke dalam krisis diplomatik terburuk sejak serangan 9/11.
Kejadian itu juga tidak dapat diubah dan mencoreng citra Pangeran Mohammed sebagai pembaru liberal setelah muncul pertanyaan tentang bagaimana operasi seperti itu bisa dilakukan tanpa persetujuan atau sepengetahuannya.
CIA, bersama dengan beberapa pemerintah barat, akhirnya menyimpulkan bahwa putra mahkota terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Kerajaan telah membantah klaim tersebut, sebaliknya menyalahkan agen nakal yang katanya mengambil misi repatriasi terlalu jauh.
Baca Juga: Sentuh 11 Juta 03 Juli 2020 Indonesia Duduki Posisi Ke-16 dengan Tambahan Kasus Positif Corona 1.301
Arab Saudi telah menolak seruan Turki untuk kembalinya para tersangka ke pengadilan di Turki. Pada Desember tahun lalu, pengadilan Saudi menjatuhkan hukuman mati lima orang tak dikenal atas pembunuhan Khashoggi tetapi pada dasarnya membebaskan orang yang dekat dengan Pangeran Mohammed.
Jaksa penuntut Saudi juga memutuskan bahwa tidak ada rencana untuk membunuh pada awal misi repatriasi, sebuah temuan yang bertentangan dengan penyelidikan PBB yang diterbitkan pada Juni 2019 dan dakwaan Turki.
Callamard, pelapor khusus PBB yang menulis penyelidikan atas kematian Khashoggi tetapi dilarang mengakses pengadilan Saudi yang bersifat rahasia, menyebut putusan di Riyadh itu sebagai penghinaan terhadap keadilan.
Baca Juga: Dibully Sesama Anggota, Mina eks AOA Ungkap Dirinya Pernah Melakukan Percobaan Bunuh Diri
Investigasi Turki juga telah dinodai oleh tuduhan bias, Ankara telah menggunakan pembunuhan untuk memberikan tekanan pada saingan-saingan regional Saudinya, memberi makan rincian mengerikan ke media dan berbagi rekaman audio pembunuhan dengan pemerintah lain.