"Steroid juga akan menunda pembersihan virus dan karena itu direkomendasikan untuk dihindari kecuali ada alasan lain untuk penggunaannya seperti eksaserbasi asma, penyakit paru obstruktif kronik dan syok septik refraktori pada pasien Covid-19," Dr. Vasoo mengatakan kepada CNA.
Beberapa pasien Covid-19 di Singapura telah menerima steroid karena indikasi lain seperti syok, tekanan darah rendah atau kondisi peradangan sekunder akibat penyakit ini.
Baca Juga: Ahmad Dhani Mulai Kisahkan Anak Tirinya, Sebut Tyarani Nugraha Jadi Perempuan Langka di Indonesia
Dr Vasoo mengatakan, sampai 'data awal' baru-baru ini dibagikan oleh para peneliti Inggris, steroid belum terbukti memiliki 'manfaat spesifik' dalam memerangi infeksi Covid-19.
"Buktinya agak saling bertentangan," ujarnya.
Sementara steroid mungkin 'memiliki peran' pada pasien tertentu yang lebih sakit dengan Covid-19, seperti yang menggunakan ventilator, dokter di Singapura masih 'menantikan' data yang lebih rinci sehingga dapat meninjau rekomendasi penggunaan steroid untuk pasien coronavirus.
"Dexamethasone adalah obat yang biasa digunakan, biaya rendah dan mudah diberikan. Akan ada diskusi lebih lanjut tentang bagaimana temuan ini akan mempengaruhi dan memodifikasi pendekatan pengobatan saat ini," kata direktur klinis.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Daun Mimba Dipercaya Dapat Menyembuhkan Covid-19?
Sementara itu, percobaan Inggris, yang dilakukan oleh kelompok penelitian RECOVERY yang mencari perawatan Covid-19 yang efektif, memberikan obat ini kepada lebih dari 2.000 pasien. Percobaan termasuk kelompok kontrol dari 4.000 pasien yang tidak menerima obat.
"Dexamethasone adalah obat pertama yang ditunjukkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada Covid-19. Ini adalah hasil yang sangat disambut baik," kata Peter Horby, profesor Emerging Infectious Diseases di Departemen Kedokteran Nuffield, Universitas Oxford.