Bolton Sebut Trump 'Mengemis' Bantuan Presiden Tiongkok untuk Memenangkan Pemilu AS 2020

- 18 Juni 2020, 16:11 WIB
MANTAN Penasihat John Bolton menerbitkan buku kontroversial yang mengatakan bahwa Trump sempat memohon-mohon pada Xi Jinping, rivalnya selama ini.*
MANTAN Penasihat John Bolton menerbitkan buku kontroversial yang mengatakan bahwa Trump sempat memohon-mohon pada Xi Jinping, rivalnya selama ini.* /AFP/Jim WATSON dan Peter KLAUNZER

PR CIREBON - Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton telah melontarkan tuduhan yang mencengangkan terhadap mantan bosnya, Presiden AS Donald Trump dengan menyebutnya telah 'mengemis' bantuan untuk memenangkan Pemilu AS 2020.

Hal tersebut disampaikan oleh Bolton dalam buku "The Room Where It Happend: A White House Memoir" karya John Bolton yang diboikot oleh Gedung Putih.

Seperti kita ketahui bersama dalam beberapa waktu ini AS dan Tiongkok terlibat perseteruan yang terjadi akibat kasus pandemi Covid-19, di mana Trump menyalahkan Tiongkok telah menutupi informasi tentang virus dan menyebutnya sebagai buatan.

Baca Juga: Presiden Donald Trump Ogah Berlakukan Lockdown di Tengah Meningkatnya Kasus Virus Corona

Bolton, dalam memoarnya, juga mengklaim Xi pernah mengatakan kepada Trump tahun lalu bahwa Tiongkok sedang membangun kamp konsentrasi untuk penahanan masal Muslim Uighur.

"Trump mengatakan Xi harus terus membangun kamp, yang menurutnya adalah hal yang tepat untuk dilakukan," tulis Bolton dalam bukunya dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari CNN.

Tuduhan Bolton bahwa Trump meminta bantuan Tiongkok untuk menang lagi dalam pilpres AS 2020 kembali menggemakan upaya Trump untuk mendapatkan bantuan politik dari Ukraina, yang pernah mengarah pada impeachment-nya beberapa bulan lalu.

Baca Juga: Usung Konten Naturalisme Pedesaan, Youtuber asal Sichuan Sukses Raup Minat hingga 58 Juta Penonton

"Saya kesulitan untuk mengidentifikasi keputusan Trump yang signifikan selama masa jabatan saya yang tidak didorong oleh kalkulasi pemilu ulangnya," tulis Bolton.

Buku setebal 577 halaman itu menggambarkan Trump dan pemerintahannya yang tidak 'dicat', yang merupakan kisah orang pertama yang paling jelas tentang bagaimana Trump memimpin dirinya sendiri di kantor.

Beberapa mantan pejabat lain telah menulis buku, tetapi sebagian besar telah menyanjung presiden. Mantan pejabat lain telah mengindikasikan bahwa mereka menyimpan 'materi' mereka dari waktu mereka bekerja untuk Trump sampai setelah dia meninggalkan kantor Gedung Putih untuk berbicara lebih jujur.

Baca Juga: Agresif Lawan 5 Negara, Ahli Sebut Tiongkok Bertaktik Alihkan Perhatian Publik dari Covid-19

Bolton menyebut upaya Trump untuk mengalihkan pembicaraan Juni 2019 dengan Xi ke pilpres AS sebagai langkah yang menakjubkan. Dia menambahkan bahwa Kongres seharusnya memperluas ruang lingkup penyelidikan pemakzulan terhadap insiden-insiden lain seperti itu.

Dia menambahkan bahwa ketika dia berada di Gedung Putih, Trump biasanya hanya memiliki dua briefing intelijen seminggu.

"Dan di sebagian besar dari itu, dia berbicara lebih panjang daripada briefing, sering pada hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan subjek yang ada," katanya.

Baca Juga: Dikira Medsos Aplikasi Pembayaran, Band Rock 'OvO' Asal Italia Dibanjiri Keluhan Netizen Indonesia

Trump telah ditanya Fox News tentang buku Bolton. Namun, dia berpaling ke penghinaan pribadi dengan menyebut Bolton adalah "Seorang lelaki yang baru saja mandi. Saya memberinya kesempatan."

"Dia melanggar hukum. Sangat sederhana. Maksud saya, sebanyak itu akan rusak. Ini adalah informasi yang sangat rahasia dan dia tidak memiliki persetujuan," paparnya merujuk pada salinan buku milik Bolton.

Buku ini banyak mengungkap sisi lain tentang pemerintahan Trump, termasuk klaim memalukan bahwa Trump mengira Finlandia adalah bagian dari Rusia, tidak tahu bahwa Inggris adalah negara kekuatan nuklir dan menyebut wartawan 'bajingan"\' yang harus 'dieksekusi'.

Baca Juga: Didukung Gaya Hidup di Masa AKB, Objek Wisata di Kota Cirebon Diharapkan Kembali Pulih

Adapun pertemuan dengan Presiden Tiongkok di Osaka, Jepang, Bolton menulis bahwa Trump mengatakan kepada Xi bahwa Demokrat memusuhi Tiongkok.

"Dia kemudian, secara menakjubkan, mengalihkan pembicaraan ke pilpres AS mendatang, menyinggung kemampuan ekonomi Tiongkok untuk memengaruhi kampanye yang sedang berlangsung, memohon kepada Xi untuk memastikan dia menang," kata Bolton.***

 

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: CNN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x