Kurangnya Jarak Sosial, Demo anti-Rasisme di Amsterdam Tuai Kritikan

- 2 Juni 2020, 17:10 WIB
Orang-orang mengambil bagian dalam protes menentang kematian di tahanan polisi George Floyd di Minneapolis, ketika penyebaran COVID-19 berlanjut, di Amsterdam, Belanda pada 1 Juni 2020.*
Orang-orang mengambil bagian dalam protes menentang kematian di tahanan polisi George Floyd di Minneapolis, ketika penyebaran COVID-19 berlanjut, di Amsterdam, Belanda pada 1 Juni 2020.* //Eva Plevier/REUTERS

PR CIREBON - Wali Kota Amsterdam menghadapi kritik dari para politisi dan pakar kesehatan pada Selasa, 2 Juni 2020 setelah ribuan demonstran memadati pusat kota untuk sebuah demonstrasi anti-rasisme melanggar aturan jarak sosial yang diberlakukan untuk menangkal virus corona.

Para pengunjuk rasa mendukung George Floyd, seorang Amerika berkulit hitam yang tewas dalam tahanan polisi di Amerika Serikat pekan lalu, jumlah mereka membludak dari yang diperkirakan 200 menjadi 300 menjadi beberapa ribu pada Senin.

Wali Kota Amsterdam, Femke Halsema, dari partai Kiri Hijau mengatakan bahwa pemerintah kota terperangah oleh jumlah demonstran yang besar dan tidak mungkin melakukan intervensi secara damai. Dia membela hak publik untuk berdemonstrasi.

Baca Juga: Diserang Campak dan Covid-19, Kongo Kini Hadapi Ebola Gelombang Kedua

"Saya telah melihat bagaimana pertemuan ini tumbuh menjadi peristiwa besar di Berlin dan London dan kota-kota AS," katanya kepada penyiar televisi publik Belanda NPO pada Senin malam, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Namun, ia kemudian menambahkan sama sekali tidak memikirkan jumlah demonstran akan sebesar ini.

Belanda telah mencatat hampir 6.000 kematian akibat Covid-19. Pihak berwenang telah mengeluarkan denda sekitar US $ 400 karena melanggar aturan untuk tidak mengadakan pertemuan umum, tetapi hampir tidak ada polisi di acara yang dilaksanakan Senin, 1 Juni 2020.

Baca Juga: Kecewa akibat Miliki Ganja 16 Gram, Widi Mulia Tak Kunjungi Dwi Sasono sejak Hari Penangkapan

Demonstrasi yang terbesar di Belanda sejak tindakan penguncian diberlakukan pada pertengahan Maret, memicu perdebatan tentang apakah peristiwa itu dapat menyebabkan infeksi baru.

"Ini persis apa yang tidak kita inginkan. Kamu tidak perlu menjadi ahli virus untuk mencapai kesimpulan ini. Ada alasan kita telah berbicara tentang jarak sosial selama berbulan-bulan. Ini bisa berpotensi menjadi peristiwa yang disebut penyebaran super," ujar Menno de Jong, seorang ahli virus di rumah sakit UMC Amsterdam dan anggota tim krisis coronavirus nasional Belanda, kepada surat kabar Parool.

Klaas Dijkhof, anggota parlemen untuk partai VVD Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, mengatakan di Twitter dia "Tidak hanya marah, tetapi khawatir dengan gambar-gambar dari Amsterdam"

Baca Juga: Kosong Selama Dua Bulan akibat Pandemi, Kamar Kost Mahasiswi di Bandung Berubah Jadi Sarang Jamur

Dia meminta para demonstran untuk secara sukarela mengunci diri selama dua minggu untuk berjaga-jaga jika terinfeksi virus corona jenis baru yang menyebabkan Covid-19.

Rekaman video seorang polisi kulit putih di Minneapolis berlutut di leher Floyd (46) selama hampir sembilan menit sebelum dia meninggal, telah menyebabkan protes global.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x