Spell juga mengatakan, akan ada depresi dan kecemasan yang diderita oleh orang-orang yang dipaksa untuk tinggal dirumah, bahkan keadaan lebih buruk lagi menyusul kemudian.
Baca Juga: Virus Corona dapat Tumbuh di Ponsel, Simak Penjelasan dan Cara Membersihkannya
"Mungkinkah itu lebih buruk daripada orang-orang yang telah tertular virus ini dan meninggal?," ujar Spell.
Senada dengan Spell, pendeta Eja juga mengatakan dalam setiap khobtah yang ia kumandangkan setiap Minggu, bahwa jemaah tidak perlu takut, kebaktian tidak akan menyebabkan seseorang terlular dengan mudah. Tetap jaga jarak ketika menghadiri kebantian itu sendiri.
Sementara itu, Louisiana telah mencatat 13.000 kasus yang dikonfirmasi dan 477 kematian pada Minggu 5 April 2020 kemarin.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Minum Teh Membantu Hidup Lebih Lama, Simak Penjelasannya
Sehingga kebijakan menghentikan sementara agenda kebaktian dirilis oleh pemerintah setempat, dan sebagai gantinya, banyak gereja memilih untuk memposting video layanan virtual di media sosial. Beberapa menggunakan Zoom, aplikasi konferensi video yang semakin populer selama pandemi.
Namun, Joe Long, seorang pengacara hak-hak sipil dan juru bicara Spell mengatakan, perintah 22 Maret gubernur itu telah melanggar hak-hak konstitusional AS untuk kebebasan beragama dan berkumpul secara damai, mencatat 16 negara memiliki pengecualian agama untuk tinggal di rumah.
“Kami percaya gubernur itu salah. Dan kami berharap dapat membuktikan kasus kami di pengadilan, ”kata Long, yang mengatakan ia sedang mempersiapkan gugatan terhadap Edwards.
Baca Juga: Sebut Lempar Uang karena Takut Corona adalah Setingan, Oknum Mahasiswi Akhirnya Minta Maaf