Aktivis Afghanistan Kembali Tuntut Taliban agar Izinkan Perempuan Bersekolah dan Bekerja: Ini Tanah Air Kami

- 23 September 2021, 15:15 WIB
Kaum perempuan Afghanistan kembali turun ke jalan untuk menuntut Taliban memberikan mereka hak bersekolah dan bekerja.
Kaum perempuan Afghanistan kembali turun ke jalan untuk menuntut Taliban memberikan mereka hak bersekolah dan bekerja. /News Agency via Reuters

PR CIREBON – Hingga saat ini, kaum perempuan di Afghanistan masih menagih janji Taliban untuk memberikan mereka hak dasar kemanusiaan seperti bersekolah atau bekerja.

Perempuan di Afghanistan sejauh ini tidak diizinkan untuk bekerja di pemerintahan atau pun bersekolah di pendidikan tingkat menengah oleh Taliban.

Pada tahun 1996 hingga 2001 lalu, Taliban dikenal dengan pemerintahannya yang menindas kaum perempuan, termasuk pelarangan bekerja, sekolah atau meninggalkan rumah tanpa pendamping laki-laki.

Baca Juga: Jadwal Liga 2 2021 Grup B, Persekat vs Badak Lampung FC Jadi Pertandingan Pembuka

Dalam pemerintahannya kini, Taliban telah berjanji untuk berubah dengan dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum syariah Islam, tetapi masih banyak yang tetap skeptis.

Di Kabul beberapa wanita muda, seperti aktivis Shaqaiq Hakimi, menolak untuk dipaksa ke pengasingan dengan kembalinya kekuasaan Taliban.

"Saya ingin berjuang dan mendapatkan kembali hak yang mereka ambil dari kami. Kami tidak perlu pergi ke negara lain. Ini adalah tanah air kami," katanya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Baca Juga: Rela Mempertaruhkan Segalanya, 3 Zodiak Ini Dikenal Sangat Gigih dalam Cinta

"Jika kami tidak dipaksa untuk pergi, maka kami tidak akan pergi ke mana pun," ia menegaskan.

Taliban mengklaim bahwa larangan bagi perempuan untuk kembali bekerja atau anak perempuan pergi ke sekolah menengah akan dicabut begitu sistem baru ditetapkan.

Namun dengan banyaknya protes yang dilakukan oleh kaum perempuan, hingga saat ini Taliban masih tidak mengizinkan perempuan untuk kembali bekerja.

Baca Juga: Tukul Arwana Dilarikan ke RS Akibat Pendarahan Otak, Vega Darwanti: Teman-teman Mohon Doanya

Pekerja LSM Farkhunda Zahidbaig, 21, menggambarkan bagaimana pejuang Taliban memasuki kantornya untuk memberi tahu manajemen bahwa karyawan wanita harus pergi.

"Setelah ini, bos kami membuat keputusan bahwa kami semua tidak boleh datang ke kantor.

"Perempuan ingin memiliki profesi, tapi mereka tidak bisa melanjutkan pekerjaan mereka. Taliban telah merampas kebebasan mereka untuk bekerja," ungkapnya.

Baca Juga: Persib Bandung vs Borneo FC, Pesut Etam Bidik Kemenangan

Shabana, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, khawatir dia tidak akan pernah menemukan pekerjaan lagi.

Ini akan membuat wanita berusia 26 tahun itu tidak dapat menafkahi orang yang dicintainya.

"Saya sangat khawatir karena saya adalah satu-satunya pencari nafkah keluarga," kata mantan karyawan sebuah organisasi Swedia itu.

Baca Juga: Siap Siap, 3 Zodiak ini Diprediksi Akan Menemukan Cinta Sejati Mulai Minggu ini, Cancer Salah Satunya!

Keuntungan bagi perempuan di bawah pemerintah yang didukung Barat sebagian besar terbatas pada kota-kota di negara konservatif itu.

Di tengah kritik yang terus diluncurkan, Taliban berjanji untuk mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah sesegera mungkin tetapi tidak memberikan jangka waktu.

Pemerintahan mereka yang semuanya laki-laki juga telah menutup kementerian urusan perempuan di pemerintahan sebelumnya.

Baca Juga: Sambut Leslar Junior, Rizky Billar dan Lesti Kejora Banjir Doa dan Dukungan

Mereka menggantinya dengan kementerian yang mendapatkan ketenaran selama tugas pertama mereka berkuasa karena menegakkan doktrin agama.

Di atas tekanan pengangguran, perempuan sekarang takut pergi ke luar sendirian.

"Kami takut jika kami keluar, Taliban mungkin mencambuk atau memukul kami," kata Shabana, yang sedang berkeliling Kabul bersama ayahnya.

Baca Juga: 5 Zodiak Paling Posesif dan Cemburuan, Scorpio Bahkan Suka Menuduh!

"Kita bahkan tidak bisa pergi ke pasar sendirian," tandasnya.

Hakimi mengatakan dia akan menunggu untuk melihat apakah Taliban memenuhi janji mereka untuk mengizinkan semua warga Afghanistan kembali bekerja atau sekolah.

"Saya berharap mereka melakukan hal itu," pungkasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah