Fobianya juga berdampak pada kehidupan sosialnya, mengingat dia tidak pernah makan di sekolah atau di pesta.
Keinginan untuk menyesuaikan diri akhirnya membuat Ashton menyadari pola makannya tidak normal, dan mencari bantuan profesional.
Baca Juga: Tidak Pulang ke Belarusia, Krystsina Tsimanouskaya Ajukan Diri untuk Tampil sebagai Atlet Polandia
"Sampai saat ini, Ashton baik-baik saja karena dia tidak tahu perbedaannya," kata Cara.
“Tetapi teman-temannya di sekolah menengah telah memperhatikan bahwa dia tidak makan dan itu menjadi canggung baginya. Dia tidak ingin berbeda," tutur sang ibu.
Setiap kali orang tua Ashton membawanya ke dokter keluarga, mereka selalu membuat kesalahan dengan menggambarkan sang anak sebagai pemakan rewel, jadi dia dirujuk ke ahli gizi.
Baca Juga: Kopi Arabika Laris di Pasaran, Kenali Ciri-ciri dan Karakteristiknya
Namun hal itu membuang-buang waktu karena orang tuanya tahu Ashton tidak makan dengan benar, mereka hanya tidak tahu bagaimana menambahkan yang baru ke dalam makanannya.
Untungnya, pada bulan Juli tahun ini, orang tuanya membawa Ashton menemui spesialis gangguan makan selektif, Felix Economakis.
Setelah mendengar riwayatnya, dokter tersebut mendiagnosis Ashton dengan Avoidant Restrictive Food Intake Disorder (ARFID).