Unjuk Rasa Berturut-turut di Prancis Masuki Minggu Kelima, Kebijakan Izin Kesehatan Tetap Diberlakukan

- 15 Agustus 2021, 11:45 WIB
Meskipun kebijakan izin kesehatan telah diterapkan pemerintah Prancis, warga tetap melakukan unjuk rasa menentangnya.
Meskipun kebijakan izin kesehatan telah diterapkan pemerintah Prancis, warga tetap melakukan unjuk rasa menentangnya. /Reuters/Pascal Rossignol

PR CIREBON – Lebih dari 200.000 pengunjuk rasa kembali berkumpul di seluruh Prancis pada Sabtu, 14 Agustus 2021 waktu setempat untuk melawan izin kesehatan.

Meskipun kebijakan izin kesehatan itu telah diterapkan Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai tindakan melawan Covid-19, para pengunjuk rasa tetap turun ke jalan dalam demonstrasi yang memasuki minggu kelima.

Kementerian dalam negeri Prancis mengatakan total 214.845 orang, termasuk hampir 14.000 di Paris, ambil bagian dalam protes nasional dan turun sekitar 22.000 dari akhir pekan lalu.

Baca Juga: 27 Pengungsi Rohingya Hilang Usai Kapal yang Ditumpangi Tenggelam Saat Melarikan Diri dari Bangladesh

Emmanuel Macron sebelumnya menyebut bahwa izin kesehatan adalah kunci untuk keluar dari pandemic Covid-19 dan menghindari penguncian wilayah lebih lanjut.

Tetapi para pengunjuk rasa yang terdiri dari aktivis anti-ketidaksetaraan sayap kanan, rompi kuning, anti-vaxxers dan aktivis kebebasan sipil, mengatakan bahwa kebijakan tersebut melanggar kebebasan dasar yang sangat dihargai oleh Prancis.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia, dua protes terpisah terjadi di Paris dengan slogan-slogan seperti "Perancis bebas!", "Hentikan kegilaan Corona" atau "ya untuk kebebasan memilih", diserukan.

Baca Juga: Ramalan Horoskop 15 Agustus 2021: Libra, Scorpio, dan Sagitarius, Jangan Bersikap Merendahkan Orang Lain

Yann Fontaine, 30, yang bekerja di kantor notaris, mengatakan dia yakin kebijakan izin kesehatan adalah hal yang membunuh kebebasan dan segregasi.

Tidak seperti demonstrasi rompi kuning dari tahun 2018, tidak ada laporan tentang insiden besar dalam protes ini. Namun, jumlah pengunjuk rasa tetap kuat dan tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang.

Sekitar 237.000 orang pada minggu lalu berunjuk rasa di seluruh Prancis, termasuk 17.000 di Paris.

Baca Juga: Jadi Pemandu Upacara Adat Sekaligus Pengajian Lesti Kejora dan Rizky Billar, Tya Ariestya Akui Kesenangan!

Jumlah itu melebihi 204.000 yang tercatat akhir pekan sebelumnya dan jumlah yang sangat tidak biasa untuk protes pada puncak liburan musim panas.

Sementara itu, para pengunjuk rasa menuduh pemerintah meremehkan jumlah yang turun ke jalan.

Sebuah kelompok bernama Le Nombre Jaune menerbitkan rincian unjuk rasa kota per kota di Facebook dalam upaya untuk menunjukkan jumlah sebenarnya minggu lalu, yakni 415.000 orang.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot 15 Agustus 2021: Taurus Awal Baru yang Menyenangkan, Cancer Ada Perubahan Besar

Protes lain terjadi di kota-kota, terutama di selatan, termasuk Toulon, Montpellier, Nice, Marseille dan Perpignan, di mana jumlahnya terkadang melebihi yang ada di Paris.

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran pekan lalu mengecam sebuah gerakan yang menurutnya terlalu banyak dibicarakan.

Analis mengatakan Emmanuel Macron tumbuh subur diuntungkan dalam gerakan protes karena ia berhubungan baik dengan pendukung intinya yang beraliran tengah.

Baca Juga: Putri Titian Akui Baru Tahu Rasanya Pakai Koyo Saat Usia 30 Tahun, Netizen: Welcome To The Club!

Akan tetapi, pemerintah perlu memperhatikan fakta bahwa protes terus berlanjut.

Pemerintah juga telah menyatakan kekhawatirannya atas unsur-unsur anti-Semit di beberapa demonstrasi.

Seorang guru di kota timur Metz, misalnya, akan diadili bulan depan dengan tuduhan berusaha menghasut kebencian rasial setelah mengacungkan tanda pada protes pekan lalu yang menurut polisi jelas anti-Semit.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x