HRW Sebut Remaja 17 Tahun Disiksa Pasukan Keamanan Myanmar, Termasuk Dipukul dan Dikubur Hidup-hidup

- 23 Juni 2021, 11:45 WIB
Seorang remaja berusia 17 tahun dilaporkan HRW disiksa oleh pasukan keamanan Myanmar, termasuk dipukul dan dikubur hidup-hidup.
Seorang remaja berusia 17 tahun dilaporkan HRW disiksa oleh pasukan keamanan Myanmar, termasuk dipukul dan dikubur hidup-hidup. /Dawei Watch/via Reuters

PR CIREBON – Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan bahwa pasukan keamanan di Myanmar telah menyiksa seorang remaja berusia 17 tahun.

HRW menyebut bahwa penyiksaan oleh pasukan keamanan Myanmar itu termasuk dengan memukulinya dan memaksanya masuk ke dalam lubang serta menguburnya sampai ke leher sebagai bagian dari penguburan palsu.

Dalam sebuah laporan baru pada Selasa, 22 Juni 2021, HRW mengatakan remaja itu adalah satu di antara banyak orang yang menjadi sasaran penyiksaan, pemukulan dan perlakuan buruk lainnya sejak militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Untuk Rabu, 23 Juni 2021: Sesuatu yang Baik Bagi Cancer, Leo dan Virgo dalam Asmara

Remaja itu ditangkap pada awal Mei saat penggerebekan malam di rumahnya dan dituduh sebagai pemimpin kelompok protes.

Dia mengatakan kepada HRW bahwa dia dipukuli di kepala dengan popor senapan selama penangkapan, ditutup matanya, dan kemudian dibawa ke pusat interogasi di lokasi yang tidak bisa dia identifikasi.

Selama empat hari berikutnya, interogator militer berulang kali memukulnya dengan tongkat bambu yang diisi dengan semen dan menempelkan tongkat itu ke tulang keringnya selama interogasi.

Baca Juga: 5 Zodiak Ini Dikenal Tidak Berpikir Terlebih Dahulu Sebelum Berbicara, yang Mampu Menimbulkan Kesalahpahaman

“Pada hari ketiga, mereka mengantar saya ke kawasan hutan sekitar satu jam dari tempat interogasi,” katanya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

“Mereka memaksa saya untuk berbaring ke dalam lubang sementara saya ditutup matanya, dan tangan saya diikat. Mereka juga berencana untuk memukul kepala saya dengan tongkat, dan saya pikir saya akan dikubur hidup-hidup ketika mereka mulai menutupi saya dengan tanah,” ia menambahkan.

Anak itu mengatakan dia dan orang lain yang ditangkap bersamanya tidak diberi makan dan minum selama berhari-hari dan minum air toilet untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta untuk Rabu, 23 Juni 2021: Cobaan Baru bagi Aries, Gemini Dapat Hal Menakjubkan

Dia ditahan di fasilitas interogasi selama total tujuh hari sebelum dipindahkan ke Penjara Insein di kota terbesar Myanmar, Yangon, dan akhirnya dibebaskan setelah menandatangani pengakuan palsu.

HRW mengatakan bahwa pernyataan remaja itu kredibel karena beberapa kesaksian serupa dari orang lain yang ditahan oleh militer.

Manny Maung, seorang peneliti di HRW, mengatakan pihak berwenang Myanmar telah menggunakan penyiksaan tanpa takut akan akibatnya sejak kudeta 1 Februari.

Baca Juga: Wakili Beberapa Negara, Kanada Desak Tiongkok untuk Berikan PBB Akses Kunjungan ke Xinjiang

“Kebrutalan pemukulan dan pelecehan menunjukkan sejauh mana otoritas militer Myanmar akan membungkam siapa pun yang menentang kudeta,” tambahnya.

Tidak ada komentar langsung dari militer Myanmar.

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Burma, pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan sedikitnya 873 orang dalam penumpasan pasca-kudeta dan menahan sedikitnya 6.231 orang.

Baca Juga: 4 Manfaat dari Bayam untuk Tubuh, Salah Satunya Menjaga Kesehatan Mata

HRW mengatakan banyak dari mereka yang ditahan ditahan di pusat interogasi dan penjara yang penuh sesak, tidak higienis, dan kehilangan hak untuk menghubungi kerabat atau penasihat hukum.

Sumber lain mengatakan pasukan keamanan sering mengangkut tahanan ke kantor polisi dan fasilitas interogasi di mana mereka dipukuli dan dipaksa untuk berdiri, berlutut atau berbaring selama berjam-jam.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah