Presiden Baru Iran Disebut Seperti Khomeini, PM Israel Mengutuk Ebrahim Raisi Soal Nuklir

- 21 Juni 2021, 13:15 WIB
Ilustrasi nuklir/ Terkait masalah kesepakatan nuklir Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, disebut seperti Khomeini oleh PM Israel Naftali Bennett.*
Ilustrasi nuklir/ Terkait masalah kesepakatan nuklir Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, disebut seperti Khomeini oleh PM Israel Naftali Bennett.* /Pixabay.com/OpenClipart-Vectors

PM Israel mengatakan pada rapat kabinet di Yerusalem bahwa, dari semua orang yang bisa dipilih (Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali) Khomeini, terpilihlah algojo Teheran.

Dikatakan Naftali Bennett, Ebrahim Raisi adalah pria yang terkenal di kalangan Iran dan di seluruh dunia karena memimpin komite kematian yang mengeksekusi mati ribuan warga Iran yang tidak bersalah selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Meningkat Polda Metro Jaya Akan Terapkan 3 Langkah untuk Menekan Penyebaran

Diketahui, Iran dan kekuatan dunia melanjutkan pembicaraan tidak langsung di Wina pada hari Minggu, 20 Juni 2021, untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 yang compang-camping.

Hal itu demi memberikan keringanan sanksi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir.

Para diplomat Iran dan Amerika Serikat telah merundingkan kembalinya kesepakatan nuklir itu di ibu kota Austria melalui perantara Eropa sejak April.

Baca Juga: Ramalan Shio, Senin 21 Juni 2021: Peruntungan Tikus, Kerbau, dan Macan Selesaikan Masalah

Kesepakatan nuklir penting antara kekuatan dunia dan Iran, yang ditentang Israel, runtuh setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik Amerika Serikat dari perjanjian itu pada 2018.

Keputusan itu telah membuat Iran, dari waktu ke waktu, mengabaikan setiap batasan pengayaan dan Teheran saat ini memperkaya uranium pada tingkat tertinggi yang pernah ada, meskipun masih kurang dari tingkat senjata.

PM Israel mengatakan terpilihnya Ebrahim Raisi sebagai presiden Iran adalah kesempatan terakhir bagi kekuatan dunia untuk bangun sebelum kembali ke perjanjian nuklir dan untuk memahami dengan siapa mereka berbisnis.

Halaman:

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah