Begitu pun dengan Aung San Suu Kyi yang membela tindakan militer dengan melakukan perjalanan ke Den Haag untuk membantah tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB.
Publik Myanmar sebagian besar tidak simpatik terhadap penderitaan Rohingya, sementara para aktivis dan jurnalis yang melaporkan masalah tersebut menghadapi pelecehan pedas secara online.
Para aktivis dan warga sipil pun turun ke media sosial untuk memposting foto-foto diri mereka mengenakan pakaian hitam dan memberi hormat tiga jari perlawanan, dalam posting yang diberi tag “#Black4Rohingya”.
“Keadilan harus ditegakkan untuk Anda masing-masing dan kita masing-masing di Myanmar,” kata aktivis hak asasi terkemuka Thinzar Shunlei Yi.
Media lokal juga menunjukkan protes kecil di pusat komersial Myanmar Yangon, dengan demonstran berpakaian hitam memegang tanda-tanda dalam bahasa Burma yang mengatakan mereka memprotes Rohingya yang tertindas.
Baca Juga: Rizky Billar Disebut 'The Next' Raffi Ahmad, Bubah Alfian: Dia Benar-benar Humble Sama Siapapun
Dukungan untuk Rohingya dari sebagian besar penduduk Buddha dan etnis mayoritas jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Bebas, mengatakan bahwa kampanye #Black4Rohingya telah menerima dukungan dan solidaritas besar dari sesama warga Myanmar tahun ini.
“Di masa lalu, kami hanya memiliki pendukung internasional tetapi sejak kudeta, kami telah menerima permintaan maaf publik dari individu dan organisasi di Myanmar,” tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.