PR CIREBON – Juru bicara pemerintahan sementara Myanmar mengungkapkan bahwa negara tersebut dikhawatirkan berada di ambang perang saudara yang baru.
Hal itu disebabkan masyarakat Myanmar yang semakin mengangkat senjata untuk melindungi diri mereka dari kekerasan militer tanpa henti, usai terjadinya kudeta pada pemerintahan Aung San Suu Kyi.
Konflik telah berkecamuk selama beberapa dekade di perbatasan Myanmar, tempat banyak kelompok etnis bersenjata berperang dengan militer untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar.
Baca Juga: Ngidam Jagung Bakar, Nagita Slavina Berikan Penjual Jagung Uang Modal Usaha dan Biaya Sunat Anaknya
Namun, sejak kudeta Februari, puluhan pasukan pertahanan baru yang berasal dari masyarakat biasa telah muncul untuk menentang junta, dengan pertempuran yang terjadi di wilayah negara yang sebelumnya damai.
“Orang-orang Myanmar tidak punya pilihan lain. Mereka hanya tidak punya pilihan lain,” kata Dr Sasa, juru bicara pemerintah persatuan nasional (NUG) Myanmar, yang dibentuk oleh politisi pro-demokrasi.
Ia menyebut bahwa ancaman terus-menerus dari serangan militer, penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan telah mendorong masyarakat untuk mengangkat senjata.
Baca Juga: Obsesi Yair Lapid Raih Kursi Pemimpin Israel, Buat Pakta untuk Menggulingkan Benjamin Netanyahu
“Ini baru permulaan. Situasi akan menjadi tidak terkendali. Bahkan jika itu adalah satu orang di sebuah desa, mereka tidak akan hanya membungkuk di depan para pembunuh ini. Seluruh negara sedang menuju perang saudara,” tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian.