Politisi Eropa dan Amerika Serukan Boikot Diplomatik pada Olimpiade Beijing: Penahanan Massal Jutaan Orang

- 7 Juni 2021, 19:30 WIB
Sekelompok politisi dari Eropa dan Amerika menyerukan boikot massalh pada gelaran Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Sekelompok politisi dari Eropa dan Amerika menyerukan boikot massalh pada gelaran Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. /REUTERS/Kim Kyung-Hoon

PR CIREBON – Sekelompok politisi dari negara-negara di seluruh Eropa dan Amerika Utara meluncurkan tindakan legislatif terkoordinasi pada Senin, 7 Juni 2021, untuk menyerukan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Tiongkok.

Seruan pemboikotan terhadap Olimpiade Musim Dingin di Beijing itu terus meningkat, dengan alasan adanya dugaan pelanggaran berat hak asasi manusia oleh pemerintah Tiongkok.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari SCMP, tindakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah, pejabat terpilih, dan kepala negara untuk menolak undangan Olimpiade Beijing di Tiongkok tahun depan.

Baca Juga: Jaringan 5G Sudah Hadir di Beberapa Wilayah Indonesia, Simak Perbedaan Jaringan 4G dan 5G

"Upaya terkoordinasi oleh legislator di beberapa negara demokratis ini mengirimkan pesan yang tidak dapat diabaikan oleh IOC.

“Pesannya yaitu jika dapat membahas penundaan Olimpiade Tokyo karena masalah kesehatan masyarakat, mereka pasti dapat memindahkan Olimpiade di Tiongkok atas penahanan massal jutaan orang di kamp konsentrasi," kata Tom Malinowski, wakil ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, dalam sebuah pernyataan.

Bulan lalu, sebuah koalisi kelompok hak asasi manusia telah menyerukan boikot penuh terhadap Olimpiade Musim Dingin di Tiongkok.

Baca Juga: Hari Laut Sedunia Besok, 8 Juni 2021: Ini Fakta Tentang Laut yang Jarang Diketahui

Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan bahwa berpartisipasi dalam pertandingan sama saja dengan mendukung genosida di Tiongkok terhadap orang-orang Uighur.

Dalam sebuah pernyataan bersama, sebuah koalisi yang mewakili Uighur, Tibet, penduduk Hong Kong dan lainnya mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok melakukan genosida terhadap orang-orang Uighur.

Tiongkok juga disebut melancarkan kampanye penindasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Turkistan Timur, Tibet dan Mongolia Selatan, serta serangan habis-habisan terhadap demokrasi di Hong Kong.

Baca Juga: Buka Suara Soal Koalisi yang Akan Menggulingkannya, PM Israel Netanyahu: Kecurangan Pemilu Terbesar

"Berpartisipasi dalam Olimpiade Beijing saat ini sama saja dengan mendukung genosida Tiongkok terhadap rakyat Uighur, dan melegitimasi kebijakan rezim totaliter Tiongkok yang semakin represif," kata koalisi tersebut dalam sebuah pernyataan.

Tuntutan untuk beberapa bentuk boikot Olimpiade Beijing terus meningkat.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi juga menyerukan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin atas pelanggaran hak asasi manusia Uighur di Tiongkok.

Baca Juga: Marvel Cinematic Universe Hadirkan Kit Harington untuk Perankan Superhero Baru yang Jauh Lebih Kuat dari Thor

Berbicara pada sidang Komisi Hak Asasi Manusia Tom Lantos Kongres, Pelosi bulan lalu telah menganjurkan Amerika Serikat untuk menahan delegasi resmi dari perjalanan ke Olimpiade tetapi mengizinkan atlet untuk bersaing di Beijing pada 2022.

Tiongkok telah ditegur secara global karena menindak Muslim Uighur dengan mengirim mereka ke kamp-kamp penahanan massal dan mengirim anggota komunitas untuk menjalani beberapa bentuk pendidikan ulang atau indoktrinasi paksa.

Awal tahun ini, Amerika Serikat menjadi negara pertama di dunia yang menyatakan tindakan Tiongkok di Xinjiang sebagai genosida.

Baca Juga: Menurut Ahli, Ini 4 Makanan Populer yang Membuat Anda Lebih Cepat Menua

Pada bulan Februari, parlemen Kanada dan Belanda mengadopsi mosi yang mengakui krisis Uighur sebagai genosida. Tak lama, Inggris juga menyatakan tindakan keras Tiongkok yang sedang berlangsung di Xinjiang sebagai genosida.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x