Seperti diketahui, militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh pemimpin Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada 1 Februari 2021 lalu.
Atas aksi kudeta, negara itu telah menyaksikan gelombang protes anti-kudeta, dengan pasukan keamanan menggunakan kekuatan mematikan untuk memadamkan mereka.
Baca Juga: Lee Kwang Soo Dikonfirmasi Staf dan Agensi Keluar dari Program Running Man, Berikut Alasannya
Lima poin konsensus yang dicapai di antara para pemimpin ASEAN juga termasuk kunjungan utusan khusus ke Myanmar untuk bertemu dengan "semua pihak yang berkepentingan," dan penyediaan bantuan kemanusiaan, menurut pernyataan ketua.
Tetapi konsensus tidak termasuk seruan untuk pembebasan Aung Suu Kyi dan politisi lain yang ditahan setelah kudeta.
Pernyataan itu berbunyi, "Kami juga mendengar seruan untuk pembebasan semua tahanan politik termasuk orang asing."
Baca Juga: Rayakan Hari Ulang Tahun, Ranti Maria Bagikan Makanan dan Sembako kepada Warga Sekitar
Di KTT ASEAN tersebut, sang jenderal dikatakan terbuka untuk menerima utusan khusus dan bantuan kemanusiaan.
Pasukan keamanan Myanmar telah membunuh lebih dari 750 pengunjuk rasa anti-kudeta dan lainnya sejak Februari, sementara menahan lebih dari 3.400 orang dalam penahanan, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok hak asasi manusia yang memantau situasi di Myanmar.***