Setujui Mosi Parlemen, Inggris Sebut Tiongkok Telah Lakukan Genosida Terkait Muslim Uighur di Xinjiang

- 10 September 2020, 20:44 WIB
Bendera Tiongkok - Anggota parlemen Inggris menyetujui mosi parlemen yang menyatakan bahwa kebijakan Tiongkok soal Muslim Uighur adalah tindakan genosida*
Bendera Tiongkok - Anggota parlemen Inggris menyetujui mosi parlemen yang menyatakan bahwa kebijakan Tiongkok soal Muslim Uighur adalah tindakan genosida* /Pixabay/SW1994

PR CIREBON - Anggota parlemen Inggris menyetujui mosi parlemen soal kebijakan Tiongkok.

Pihaknya, sebut kebijakan Tiongkok terhadap populasi minoritas Uighur di wilayah Xinjiang barat sama dengan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Mosi tidak mengikat dan tidak memaksa pemerintah Inggris untuk bertindak.

Baca Juga: Zaskia Adya Mecca Bagikan Tanggapan Membangunkan Sahur dengan Toa Masjid, Arie Kriting: Sungguh Mengganggu

Tapi itu adalah langkah lain yang menandakan protes di kalangan politisi Inggris atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok.

Mosi tersebut digerakkan oleh anggota parlemen Konservatif Nus Ghani, satu dari lima anggota parlemen Inggris yang baru-baru ini mendapat sanksi dari Tiongkok karena mengkritik perlakuannya terhadap orang Uighur.

“Ada kesalahpahaman bahwa genosida hanyalah satu tindaka, pembunuhan massal. Itu salah," katanya.

Baca Juga: Zaskia Adya Mecca Bagikan Tanggapan Membangunkan Sahur dengan Toa Masjid, Arie Kriting: Sungguh Mengganggu

Menambahkan bahwa semua kriteria genosida yakni niat untuk menghancurkan secara keseluruhan atau sebagian kelompok nasional, etnis, ras atau agama terbukti terjadi di Xinjiang.

Pemerintah AS dan parlemen Belgia, Belanda, dan Kanada menuduh Beijing melakukan genosida.

Meskipun Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau enggan menggunakan istilah tersebut.

Baca Juga: Dituduh Langgar HAM, Tiongkok Kini Alokasikan Rp627 Miliar untuk Renovasi Kampus Islam di Xinjiang

Lebih dari 1 juta orang telah dikurung di kamp-kamp di Xinjiang, menurut pemerintah dan peneliti asing.

Pihak berwenang di sana dituduh melakukan kerja paksa, pengendalian kelahiran paksa sistematis dan penyiksaan di kamp-kamp interniran massal.

Pemerintah Tiongkok dengan tegas menolak keluhan pelanggaran dan mengatakan kamp-kamp itu untuk pelatihan kerja guna mendukung pembangunan ekonomi dan memerangi radikalisme Islam.

Baca Juga: Diminta Netizen untuk Cerai dengan Putri Anne, Arya Saloka: Hakim Paling Adil kan Allah

Pemerintah menekan merek pakaian dan sepatu asing untuk membalikkan keputusan berhenti menggunakan kapas dari Xinjiang karena laporan kemungkinan kerja paksa di sana.

Perdana Menteri Boris Johnson telah menghadapi tekanan yang meningkat dari dalam pemerintahan Konservatifnya sendiri untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Beijing atas pelanggaran hak asasi manusia.

Anggota parlemen Inggris telah berulang kali mencoba untuk mendorong RUU yang bertujuan untuk memberikan Pengadilan Tinggi hak untuk memutuskan apakah suatu negara melakukan genosida.

Baca Juga: PON XX Tahun 2021 Akan Digelar di Papua, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Resmi Ditunjuk Jadi Ikon

Pada akhirnya memblokir kesepakatan perdagangan Inggris dengan Tiongkok, tetapi langkah tersebut dikalahkan oleh pemerintah.

Johnson telah memperingatkan terhadap mentalitas Perang Dingin terhadap Tiongkok dan mempertahankan pentingnya untuk memelihara kemitraan dengan Beijing.

Bulan lalu Inggris, bersama Uni Eropa, Kanada, dan Amerika Serikat meluncurkan sanksi terkoordinasi terhadap beberapa pejabat di Tiongkok atas masalah Uighur, yang memprovokasi pembalasan cepat dari Beijing.

Baca Juga: Doa Hari ke-11 Ramadhan agar Dijauhkan dari Siksa Api Neraka, Dilengkapi Amalan Jumat Berkah

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan langkah-langkah itu adalah bagian dari "diplomasi intensif" untuk memaksa tindakan di tengah semakin banyaknya bukti tentang pelanggaran hak yang serius terhadap orang-orang Muslim Uighur.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x