Baca Juga: Tolak Keras Wacana Revisi UU ITE, Husin Shihab: Harusnya Masyarakat Bersyukur
Militer menanggapi hal itu dengan melakukan pemadaman internet dan dengan memperkenalkan undang-undang keamanan siber baru yang kejam yang menargetkan penyedia internet dan media sosial.
Tak hanya itu, para pemimpin militer juga mulai menunjukkan bahwa mereka bersedia kembali ke jenis penindasan kekerasan yang menandai protes sebelumnya.
Pada hari Selasa, polisi menembak seorang wanita, dilaporkan dengan amunisi aktif selama demonstrasi di ibu kota Naypyidaw.
Setidaknya ada tiga orang terluka ketika polisi menembakkan peluru karet untuk membubarkan massa dalam protes di tenggara negara itu pada hari Jumat.
Khine mengatakan bahwa dia dan banyak temannya takut kembali ke kendali penindas yang telah menandai sebagian besar sejarah modern Myanmar.
“Tahun ini adalah pertempuran terakhir. Entah kami menang, atau kami tinggal 20 tahun lagi di bawah kediktatoran militer,” tandasnya.***