Studi Ungkap Kematian Akibat Bunuh Diri di Jepang Melonjak 16 Persen Selama Gelombang Kedua Covid-19

- 19 Januari 2021, 12:46 WIB
Ilustrasi bunuh diri.
Ilustrasi bunuh diri. //Pixabay/Rebcenter

PR CIREBON – Tingkat kematian akibat bunuh diri di Jepang kembali melonjak pada gelombang kedua pandemi Covid-19, terutama di antara wanita dan anak-anak.

Padahal sebelumnya sempat mengalami penurunan pada gelombang pertama Covid-19.

Berdasarkan data penelitian oleh para peneliti di Universitas Hong Kong dan Institut Gerontologi Tokyo Metropolitan, tingkat kematian akibat bunuh diri pada periode Juli-Oktober 2020 naik 16% dari periode yang sama tahun sebelumnya, pembalikan tajam dari penurunan Februari-Juni sebesar 14%.

Baca Juga: WayV Diikuti Sasaeng Fans saat Syuting, Begini Reaksi Lucas dan Xiaojun

"Tidak seperti keadaan ekonomi yang normal, pandemi ini secara tidak proporsional mempengaruhi kesehatan psikologis anak-anak, remaja, dan wanita (terutama ibu rumah tangga)," tulis penulis dalam penelitian yang diterbitkan pada Jumat di jurnal Nature Human Behavior.

Dilansri Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Japan Times, studi tersebut menemukan bahwa penurunan awal angka bunuh diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti subsidi pemerintah, berkurangnya jam kerja dan penutupan sekolah.

Namun, menurut laporan itu, penurunan itu berbalik dengan tingkat bunuh diri yang melonjak hingga 37% untuk wanita (sekitar lima kali lipat di antara pria).

Baca Juga: Sayangkan Kunjungan Singkat Presiden Jokowi di Kalsel, Andi Arief: Seperti Capung Nemplok...

Pandemi berkepanjangan telah mengganggu industri di mana wanita mendominasi, meningkatkan beban pada ibu yang bekerja, sementara kekerasan dalam rumah tangga meningkat.

Studi tersebut, berdasarkan data kementerian kesehatan dari November 2016 hingga Oktober lalu.

Pihaknya menemukan angka bunuh diri anak melonjak 49% pada gelombang kedua, sesuai dengan periode setelah penutupan sekolah secara nasional.

Perdana Menteri Yoshihide Suga bulan ini mengeluarkan keadaan darurat Covid-19 untuk Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya.

Baca Juga: Bahas Chat Mesum Rizieq Shihab, Teddy Gusnaidi: Bukan Keinginan Pemerintah atau Pengalihan Isu

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membendung penyebaran yang kembali melonjak.

Dia memperluasnya minggu lalu ke tujuh prefektur lagi, termasuk Osaka dan Kyoto.

Taro Kono, menteri reformasi administrasi dan peraturan, mengatakan pada Kamis bahwa sementara pemerintah akan mempertimbangkan untuk memperpanjang keadaan darurat, dan menyebut itu tidak dapat membunuh ekonomi.

“Orang-orang khawatir tentang Covid-19. Tapi banyak orang juga bunuh diri karena kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, dan tidak bisa melihat harapan. Kami perlu mencapai keseimbangan antara mengelola Covid-19 dan mengelola ekonomi,” pungkasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah