PBB Beri Peringatan Soal Teroris yang Manfaatkan Pandemi Covid-19, Ini Tanggapan Para Pejabat Negara

- 14 Januari 2021, 15:19 WIB
PBB memperingatkan dunia akan adanya ancaman teroris yang memanfaatkan pandemi Covid-19.*
PBB memperingatkan dunia akan adanya ancaman teroris yang memanfaatkan pandemi Covid-19.* /PIXABAY/MIH83

PR CIREBON - Beberapa hari lalu, pejabat Tinggi PBB memberikan peringatan pada dunia atas pemanfaatan pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh para teroris.

Peringatan yang disampaikan PBB itu pun ditanggapi oleh para pejabat dari negara-negara lain.

Sebab, bagi beberapa negara tindakan dan ancaman teroris terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini sangatlah berbahaya.

Baca Juga: Tolak Kemudikan Pesawat ke Israel, Pilot Maskapai Emirates Ditangguhkan

Oleh karena itu, para pejabat tinggi dari berbagai negara mengambil sikap atas peringatan yang diberikan oleh PBB terkait teroris memanfaatkan pandemi Covid-19.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Independent, bahwa tindakan dan ancaman teroris memang sangat membahayakan di berbagai negara dan bahkan di dunia.

"Momen penting di mana dewan dan komunitas internasional mengakui parahnya ancaman yang ditimbulkan oleh terorisme transnasional,"terang Asisten Sekretaris Jenderal PBB Michele Coninsx.

Baca Juga: Soal Kasus Penyiksaan Anak di Korea Selatan yang Viral, Tersangka Didakwa dengan Pasal Pembunuhan

Oleh karena itu, seluruh negara sangat melarang keras jika ada aksi kriminalisasi pendanaan teroris dan perekrutan anggota teroris.

Akhirnya, dibentuklah sebuah tim anti-terorisme agar dapat memantau implementasi resolusi yang dilakukan oleh para teroris.

Coninsx mengepalai Direktorat Eksekutif komite, yang didirikan pada 2004 untuk menilai bagaimana 193 negara anggota PBB menerapkan langkah-langkah Anti-terorisme.

Baca Juga: Donald Trump Kembali Dimakzulkan, DPR AS: Dia Harus Pergi, Menghadirkan Bahaya Bagi Bangsa Kita

"Dalam beberapa tahun terakhir afiliasi ISIS telah muncul di banyak tempat, termasuk Asia Selatan, Asia Tenggara dan beberapa wilayah Afrika-Sahel, Danau Chad Basin, dan selatan dan timur benua," papar Coninsx.

"Penyebaran terorisme sayap kanan yang ekstrim juga menjadi penyebab meningkatnya keprihatinan," imbuhnya

Bahkan, termasuk kekerasan yang bermotif ras dan etnis sebagai salah satu bagian serangan teroris.

Baca Juga: Kim Yo Jong Geram Parade Militernya Dilacak Korsel: Perilaku Buruk Mereka Peringkat Teratas Dunia

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mendesak perhatian yang lebih besar pada penggunaan teknologi dan media sosial yang dapat digunakan untuk menyebarkan sebuah ujaran kebencian.

"Penyalahgunaan media sosial dan teknologi baru lainnya oleh teroris dan dampak jangka panjang Covid-19 pada dinamika terorisme," ujar James Cleverly

“Kami menghadapi tantangan keamanan baru yang kompleks seperti ancaman dan kemampuan dunia maya dan hibrida," ucap Menteri Pertahanan Estonia Juri Luik.

Baca Juga: BMKG: Gempa 5,9 Magnitudo Guncang Kabupaten Majene Sulawesi Barat

"Seperti drone yang meningkatkan ancaman nyata dari teroris ke populasi sipil dan pria dan wanita kami dalam operasi dan misi di seluruh dunia," peringatannya.

Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Coveney, menyambut baik upaya komite untuk menilai dampak pandemi dan menekankan berkembangnya aksi ekstremisme.

“Menangani ancaman yang berkembang dari ekstremisme kekerasan bermotif politik dan terorisme, terutama meningkatnya jumlah serangan sayap kanan, adalah bagian dari tanggung jawab kami," ujar Simon.

Baca Juga: Saudara Kandung Ini Cetak Rekor Dunia untuk Kombinasi Umur Tertinggi hingga 1042 Tahun dan 315 Hari

Wakil duta besar AS Richard Mills tidak menyebutkan serangan Capitol tetapi mengatakan 

"Amerika Serikat menanggapi ancaman dari serangan teroris yang bermotivasi rasial atau etnis dengan sangat serius, dan kami terus mengambil tindakan untuk memerangi bentuk terorisme tertentu," tutur Richard.

"Tahun lalu, untuk pertama kalinya, Departemen Luar Negeri menetapkan kelompok supremasi kulit putih sebagai Teroris Global yang Ditunjuk Khusus," imbuhnya.

Baca Juga: Sempat Sebut Mayoritas Hakim di Sri Lanka Adalah Korup, Mantan Menteri Ranjan Dipenjara 4 Tahun

Richard pun pada akhirnya mempertimbangkan sebuah perselisihan yang terjadi antara anggota dewan barat dan Rusia dan Tiongkok tentang pentingnya hak asasi manusia dalam menangani terorisme.

Duta Besar Tiongkok Zhang Jun menolak pernyataan Cleverly sebagai serangan tidak berdasar menyebutnya bermotivasi politik murni tanpa dasar fakta.

"Sebagai korban terorisme, Tiongkok telah mengambil tindakan tegas untuk dengan tegas memerangi terorisme dan ekstremisme," kata Zhang.

Baca Juga: Sengit, Menlu AS Klaim Iran Lindungi Organisasi Terorisme Al-Qaeda

"Tindakan kami wajar, berdasarkan hukum, dan sesuai dengan praktik yang berlaku di negara-negara kawasan," lanjutnya.

Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia menyebut ancaman teroris sebagai salah satu tantangan terbesar saat ini.

"Dewan Keamanan dan operasi komite kontra-terorismenya menempatkan perhatian ekstra pada aspek hak dalam melawan terorisme sehingga merugikan tugas-tugas prioritas yang terkait dengan keamanan," pungkas Vassily.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x