Mesir, Jerman, Perancis, dan Yordania Bertemu Guna Hidupkan Kembali Pembicaraan Israel-Palestina

- 13 Januari 2021, 20:47 WIB
Menteri luar negeri Mesir, Jerman, Perancis, dan Yordania Bertemu guna menghidupkan kembali pembicaraan Israel-Palestina.*
Menteri luar negeri Mesir, Jerman, Perancis, dan Yordania Bertemu guna menghidupkan kembali pembicaraan Israel-Palestina.* /Pixabay.com/Ben Kerckx

PR CIREBON - Pada hari Senin, 11 Januari 2021, Mesir menjadi tuan rumah bagi para menteri luar negeri Jerman, Perancis dan Yordania.

Pertemuan antara Mesir, Jerman, Perancis dan Yordania bertemu untuk membahas cara-cara menghidupkan kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.

Perbincangan Mesir, Jerman, Perancis dan Yordania berlangsung seminggu sebelum Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden menjabat.

Baca Juga: Saudara Kandung Ini Cetak Rekor Dunia untuk Kombinasi Umur Tertinggi hingga 1042 Tahun dan 315 Hari

Dalam pernyataan bersama itu, para menteri menyerukan langkah-langkah praktis untuk meluncurkan "negosiasi yang kredibel" antara Israel dan Palestina.

Negosiasi tersebut untuk mencapai negara Palestina dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya di wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.

Para menteri mengatakan bahwa mereka siap bekerja dengan AS untuk memfasilitasi negosiasi yang akan mengarah pada "perdamaian yang komprehensif, adil, dan abadi di wilayah tersebut".

Baca Juga: Sempat Sebut Mayoritas Hakim di Sri Lanka Adalah Korup, Mantan Menteri Ranjan Dipenjara 4 Tahun

Dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Daily Sabah, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukry mengatakan pembentukan negara Palestina merdeka seharusnya tidak mengancam keamanan Israel.

"Keberadaan negara Palestina yang merdeka dan bersebelahan di samping negara yang aman Israel adalah jaminan utama untuk mencapai stabilitas di kawasan kami," katanya dalam konferensi pers bersama setelah pertemuan para menteri.

Palestina mengalami banyak kemunduran di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga: Sengit, Menlu AS Klaim Iran Lindungi Organisasi Terorisme Al-Qaeda

Pihaknya mengeluhkan tentang apa yang mereka katakan sebagai langkah pro-Israel dari Washington.

Namun, mereka mengatakan bahwa mereka siap bekerja dengan pemerintahan Biden yang akan datang.

Trump telah mengesampingkan Otoritas Palestina (PA), mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS di sana dari Tel Aviv.

Baca Juga: Usai Saham Tesla Turun Rp190,2 Triliun dalam Sehari, Elon Musk Tak Lagi Jadi Orang Terkaya di Dunia

Selain itu, untuk memangkas bantuan keuangan untuk Palestina dan membalikkan arah tidak sahnya permukiman Israel di tanah yang diklaim oleh Palestina.

Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi bertemu dengan para menteri Senin. 

Pemimpin Mesir itu mengatakan bulan lalu bahwa Kairo telah bekerja untuk menemukan solusi dua negara konflik Israel-Palestina, "dengan mempertimbangkan perubahan regional dan internasional".

Baca Juga: Tak Ikuti Jejak Sang Ayah, Putri Donald Trump Disebut Ingin Hadiri Pelantikan Joe Biden

Ia rupanya mengacu pada pemilihan Biden dan pembentukan hubungan dengan Israel oleh empat negara Arab-Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan dan Maroko.

Dalam konferensi pers, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mendesak Israel dan Palestina untuk memulai dan mengumumkan komitmen mereka untuk mencapai solusi atas konflik dan menahan diri dari mengambil tindakan sepihak.

Ia mengatakan pengumuman seperti itu akan menjadi "inisiatif kecil untuk membangun kepercayaan antara kedua pihak dan memulai konsultasi".

Baca Juga: Resmi Nikah, Inilah Makna Baju Pengantin Arie Kriting dan Indah Permatasari yang Bernuansa Budaya

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas sebelum berangkat ke Kairo pada hari Minggu men-tweet bahwa para menteri akan membahas "langkah konkret" yang dapat membantu membangun kepercayaan antara Israel dan Palestina.

Pada bulan September, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan konferensi internasional pada awal 2021 untuk meluncurkan "proses perdamaian sejati".

Berdasarkan resolusi PBB dan perjanjian masa lalu dengan Israel.

Baca Juga: Akun Trump Ditangguhkan Twitter, Para Pemimpin Negara Barat Buka Suara

Palestina tidak lagi melihat AS sebagai perantara yang jujur.

Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Malki mengatakan bulan lalu bahwa PA siap untuk bekerja sama dengan pemerintahan Biden yang akan datang dan mendesak Israel untuk kembali ke pembicaraan berdasarkan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

Selama lebih dari tiga dekade, Palestina telah memperjuangkan kemerdekaan di Tepi Barat yang diduduki, Gaza dan Yerusalem timur, wilayah yang direbut oleh Israel dalam perang 1967.

Baca Juga: 70 Ribu Akun yang Sebarkan Teori QAnon Diblokir Twitter, Sebut Mengandung Upaya Hasutan Kekerasan

Israel menarik diri dari Gaza pada 2005, tetapi memberlakukan blokade yang melumpuhkan ketika kelompok Palestina Hamas merebut kekuasaan dari pasukan Abbas pada 2007.

Belum ada pembicaraan damai yang substantif antara Israel dan Palestina sejak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pertama kali terpilih lebih dari satu dekade lalu, dan kedua belah pihak sangat terpecah belah terkait isu-isu inti dari konflik tersebut.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah