"Harapan saya adalah penerbangan hari ini ke Maroko akan menciptakan momentum yang sama," antara Maroko dan Israel, katanya sebelum naik pesawat yang dicat dengan kata-kata Ibrani, Arab dan Inggris untuk "perdamaian", dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Daily Sabah.
Sebagai bagian dari kesepakatan Maroko-Israel, Presiden Trump pun memenuhi tujuan Maroko selama puluhan tahun dengan mendukung kedaulatannya yang diperebutkan di Sahara Barat.
Baca Juga: Bukan Virus Corona, Inilah Wabah Paling Disoroti Tahun 2020 Versi CDC Amerika Serikat
Tindakan itu, tentu membuat geram Front Polisario yang didukung Aljazair, yang menguasai sekitar seperlima wilayah gurun yang pernah menjadi koloni Spanyol.
Negosiasi yang mengarah pada dimulainya kembali hubungan Maroko dengan Israel termasuk janji untuk membuka konsulat AS di Sahara Barat, dan untuk investasi AS yang oleh media Maroko digambarkan sebagai "kolosal."
Pada saat yang sama, Israel dan Maroko akan membuka kembali kantor diplomatik dan mengaktifkan kerja sama besar di bidang ekonomi.
Baca Juga: Bukan Virus Corona, Inilah Wabah Paling Disoroti Tahun 2020 Versi CDC Amerika Serikat
Diketahui, sebelumnya Maroko telah menutup kantor penghubungnya di Tel Aviv pada tahun 2000, pada awal intifada kedua Palestina, atau pemberontakan.
Pada saat itu, Raja Mohammed VI mengatakan Maroko akan tetap menjadi pembela Palestina.
Sementara itu, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza, mengutuk kesepakatan itu, seperti yang mereka lakukan dengan perjanjian normalisasi Israel sebelumnya dengan UEA, Bahrain dan Sudan.