Tegang dan Kompleks, Laut Cina Selatan Bertabur Rudal Pembunuh Tiongkok hingga Bom B-52 Amerika

7 Juli 2020, 07:45 WIB
LAUT China Selatan.* / /REUTERS

PR CIREBON - Dua kapal induk Amerika Serikat (AS) berlayar ke Laut Cina Selatan pada Sabtu, 4 Juli 2020. Hal itu membuat Laut Cina Selatan kian memanas dan tegang.

Pejabat Angkatan Laut AS menggambarkan hal ini sebagai operasi kebebasan navigasi. Yang menegangkan, pada saat yang bersamaan, militer Tiongkok juga melakukan latihan di dekat wilayah itu.

Menurut pernyataan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, dua kapal induk yakni Ronald Reagan dan Nimitz, dikerahkan untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Baca Juga: Kembali Meningkat di Jabar, Kasus Corona Tembus hingga Lebih dari 100 Orang dalam Sehari

Dikatakan pula bahwa kapal-kapal itu, yang didampingi kapal perang dan pesawat terbang, sedang melakukan latihan untuk meningkatkan pertahanan udara dan serangan rudal jarak jauh di wilayah operasi yang berkembang pesat.

Dilaporkan CNN, Analis AS Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, mengatakan latihan dua-kapal induk AS menunjukkan kekuatan yang, setidaknya untuk saat ini, hanya dimiliki oleh Angkatan Laut AS.

Sementara itu, Tiongkok hanya memiliki satu kapal induk yang beroperasi penuh dengan yang kedua mendekati status itu.

Baca Juga: Angkat Bicara Soal Kalung Antivirus Corona, DPR: Keuntungannya Apa ? Lebih Baik Fokus Urus Pangan

Namun keduanya tidak memiliki ukuran dan kemampuan untuk mengangkut pesawat sebanyak dua kapal induk Angkatan Laut AS. Kedua kapal induk itu baru saja selesai beroperasi dengan yang ketiga, USS Theodore Roosevelt, di dekat Laut Filipina.

"Skala berbeda dari kekuatan tempur yang ditunjukkan antara latihan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat dan Angkatan Laut Amerika Serikat akan terlihat. Itu mengirimkan baik sinyal militer dan geopolitik ke Tiongkok dan kawasan," kata Schuster, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari CNN.

Baca Juga: Komentari Kasus Denny Siregar, MS Kaban: Jangan Minta Maaf Seharga Materai, Mending Terima Hukuman

Shuster kemudian mengungkapkan bahwa latihan yang dilakukan Angkatan Laut AS menunjukkan siapa sebenarnya yang memiliki kekuatan potensial lebih besar.

Schuster mencatat bahwa mengoperasikan dua kapal induk di Laut Cina Selatan dapat menjadi operasi yang lebih kompleks dengan memiliki tiga kapal di Laut Filipina.

"Laut Filipina adalah lautan terbuka, sedangkan Laut Cina Selatan dipenuhi dengan klaim udara dan ruang laut yang saling bersaing," katanya kepada CNN.

Baca Juga: Pamerkan Jumlah Uji Virus Corona Paling Tinggi, Trump Klaim 99 Persen Kasus Tak Berbahaya di AS

Menambah kompleksitas, AS menambah daya tembaknya dalam latihan saat ini dengan pembom B-52 yang terbang dengan pesawat tempur dari kapal induk.

Pembom itu terbang 28 jam tanpa henti dari markasnya di Louisiana untuk berpartisipasi dalam latihan, menunjukkan kemampuan Angkatan Udara AS untuk memindahkan aset dengan cepat ke titik panas dunia.

"Serangan semacam ini menunjukkan kemampuan kita untuk menjangkau dari stasiun rumah, terbang ke mana saja di dunia dan menjalankan misi itu, dengan cepat beregenerasi dari pangkalan operasi maju dan melanjutkan operasi," ujar Letnan Kolonel Christopher Duff, komandan Skuadron Bom ke-96, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Muncul Strain Virus Flu Babi Tularkan Pada Manusia, Ahli Tiongkok: Tafsiran Berlebihan

Tiongkok menyebut pembawa AS tidak lebih dari macan kertas di depan pintu Tiongkok. Pemerintah juga mengatakan Beijing memiliki lebih dari cukup senjata untuk mempertahankan posisinya di Laut Cina Selatan.

"Laut Cina Selatan sepenuhnya berada dalam jangkauan PLA, dan setiap pergerakan kapal induk AS di wilayah tersebut diawasi dengan ketat dan diarahkan oleh PLA, yang memiliki berbagai macam senjata pembawa anti-pesawat seperti DF-21D dan DF-26, yang keduanya dianggap sebagai rudal 'pembunuh kapal induk'," tulis laporan Global Times.

Sementara itu New York Times menulis, penempatan kapal induk Amerika Serikat dan kekuatan serangannya sering digunakan sebagai sinyal untuk mencegah musuh. Mengirim dua kapal induk sekaligus bisa dilihat sebagai aksi unjuk kekuatan yang signifikan.

Baca Juga: Khawatirkan Kasus Denny Siregar Picu Tasik Membara Jilid 2, Saksi: Polda Jabar Prioritaskan Ini

Pada tahun 2016, misalnya, Menteri Pertahanan AS saat itu yakni Ashton B. Carter melakukan tur dua kapal induk yang berlayar melalui Laut Cina Selatan sebagai pengingat Beijing bahwa Amerika Serikat berkomitmen terhadap sekutu di wilayah tersebut.

Kendati demikian, seorang pejabat Angkatan Laut AS pada hari Sabtu menggambarkan misi itu sebagai operasi rutin, bukan melakukan aksi unjuk kekuatan yang disengaja kepada militer Tiongkok saat melakukan latihan militernya sendiri di laut.

Pejabat yang menjadi sumber The New York Times itu menjelaskan, misi operator sebelumnya telah direncanakan untuk memastikan bahwa jalur pelayaran dan navigasi tetap terbuka di perairan internasional.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: New York Times CNN Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler