Studi Baru Menunjukkan Virus Corona Bisa Menular Saat Berbicara, Droplet Bertahan 14 Menit di Udara

19 Mei 2020, 03:05 WIB
ILUSTRASI droplet yang keluar saat melakukan percakapan,* // New York Times

PIKIRAN RAKYAT - Studi baru menunjukkan bahwa droplet yang dihasilkan saat kita berbicara dapat menularkan virus corona, terutama saat ada di dalam ruangan.

Disebutkan bahwa bersin dan batuk bukan salah satunya jalan untuk menularkan virus corona kepada orang lain.

Namun kini penelitian baru menunjukkan bahwa berbicara pun dapat menjadi jalan bagaimana virus corona akan menular kepada orang lain lewat dropletnya yang keluar dari mulut.

Baca Juga: Tetap Gaya Hadapi Virus Corona, Perancang Busana Afrika Modifikasi Masker Menjadi Tren Berbusana

Bahkan droplet yang dikeluarkan dari mulut saat berbicara dapat bertahan di udara selama 14 menit.

Studi ini diterbitkan oleh di The Prosiding National Academy of Sciences, yang di dalamnya menjelaskan bagaimana pasien Covid-19 bergejala ringan atau tdak dapat menginfeksi orang di tempat-tempat terdekat seperti kantor, panti jompo, nahkan kapal, serta ruang terbatas lainnya.

Temuan ini memperkuat bahwa seseorang harus menggunakan masker dan mengambil tindakan pencegahan lain di lingkungan untuk mengurangi penyebara Covid-19

Para ilmuwan sepakat bahwa virus corona paling memungkinkan menyebar lewat tetesan pernafasan dari pasien Covid-19.

Baca Juga: Gelar Operasi Pasar, 12 Ton Gula Pasir Digelontorkan Bagi Masyarakat Kota Cirebon

Droplet itu cenderung jatuh ke tanah atau menempel ke permukaan seperti gagang pintu dan lainnya.

Hal ini yang menjadi titik awal penyebaran virus corona dari seseorang ke orang lainnya, apalagi droplet yang berada di udara juga memungkinkan untuk terhirup oleh orang lain.

Dikutip dari laman New York Times, bahwa seseorang yang batuk dapat menghasilkan 3.000 droplet, sedangkan untuk seseorang yang bersin dapat menghasilkan sebanyak 40.000 droplet.

Untuk melihat berapa banyak droplet yang dihasilkan saat berbicara, para peneliti di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal dan Universitas Pennsylvania, yang mempelajari kinetika molekul biologis di dalam tubuh manusia.

Baca Juga: Wali Kota Cirebon: Social Distancing Belum Maksimal, PSBB akan Diperpanjang

Para ilmuwan menggunakan sukarelawan untuk mengatakan kata 'tetap sehat' beberapa kali, mereka berbicara di ujung terbuka sebuah kardus.

Pengamatan hamburan cahaya laser tetesan dalam pengaturan eksperimental.* / Valentyn Stadnytskyi; Philip Anfinrud; Christina E. Bax; Adriaan Bax

Para peneliti itu kemudian menerangi bagian dalamnya menggunakan laser hijau untuk melacak semburan droplet yang dihasilkan oleh pembicara.

Pemindaian laser menunjukkan bahwa sekitar 2.600 tetesan kecil dihasilkan per detik saat berbicara.

Ketika para peneliti memproyeksikan jumlah dan ukuran droplet yang dihasilkan pada volume yang berbeda berdasarkan penelitian sebelumnya, mereka menemukan bahwa berbicara lebih keras dapat menghasilkan droplet yang lebih besar, serta jumlah sebaran yang lebih besar.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Wapres Maruf Amin Sebut Rakyat yang Tak Mau BPJS Naik akan Berdosa Tiga Turunan?

Para ilmuwan juga menemukan bahwa sementara droplet mulai menyusut dari dehidrasi segera setelah mereka meninggalkan mulut seseorang, mereka masih bisa melayang di udara selama delapan hingga 14 menit.

"Pengamatan ini mengkonfirmasi bahwa ada kemungkinan besar bahwa berbicara normal menyebabkan penularan virus melalui udara di lingkungan terbatas," catat para penulis dalam penelitian tersebut.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan menjaga jarak setidaknya enam kaki dari orang lain dapat membantu orang menghindari kontak dengan tetesan pernapasan dan menurunkan risiko infeksi.

Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa tetesan dapat melakukan perjalanan lebih jauh dari enam kaki, tergantung pada kekuatan droplet itu diluncurkan.

Baca Juga: Bantu Warga Terdampak Corona, Herman Khaeron Turun Tangan Salurkan Bantuan di Cirebon dan Indramayu

Studi baru ini juga mengimbau untuk menjaga jarak fisik dari orang lain untuk membantu memperlambat penyebaran virus corona.

"Berdasarkan bukti ini dan lainnya, akan bijaksana untuk menghindari percakapan tatap muka dengan orang lain kecuali Anda berada berjauhan dan di ruang yang berventilasi baik, termasuk di luar ruangan," ujar Linsey Marr, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: New York Times

Tags

Terkini

Terpopuler