Ancaman Virus Masih Ada, Ahli: Kebijakan Pelonggaran Lockdown Hanya Beri Ketenangan Sesaat

30 April 2020, 19:00 WIB
Bagaimana kita menyeimbangkan manfaat kesehatan dari koneksi manusia dan keluar dengan mengendalikan penyebaran virus? //* ABC News

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah negara-negara dengan kasus kematian dan terinfeksi menurun, mulai mencabut kebijakan penguncian wilayah atau lockdown, sehingga masyarakat dapat beraktifitas seperti biasa lagi, salah satunya Australia.

Sejauh ini, Australia memiliki kurang dari 100 kematian akibat Covid-19 dan jumlah kasus terinfeksi hanya tercatat 6.752, sehingga kebijakan pelonggaran lockdown diambil pemerintah.

Baca Juga: Setahun Terjerat Kasus Jual Beli Jabatan, Romahurmuziy Resmi Bebas dari Jeruji Besi

Namun, sejumlah pertanyaan dari publik banyak bermunculan selepas itu, mereka mengungkap apakah tidak terlalu dini mencabut kebijakan tersebut atau melonggarkannya.

Mengingat risiko virus corona kembali menyerang sangat tinggi, kemunculam gelombang kedua dapat terjadi kapanpun tanpa disadari.

Baca Juga: Video Klaim Kematian Kim Jong Un Beredar, Korut akan Beri Hukuman Berat bagi Pengkhianat

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs ABC News, ahli epidemiologi penyakit menular, Kathryn Snow dari University of Melbourne mengungkapkan pendapatnya, pelongaaran ini dapat membuat masyarakat berjalan dengan tenang, padahal ancaman virus masih ada.

"Melonggarkan dan bersantai serta mencabut pembatasan, membuatnya terdengar seperti kita sedang dalam perjalanan kembali ke normal dan saya rasa tidak," ujar Dr Snow.

Pelonggaran-pelonggaran akan menjadi proses bertahap tidak sekaligus dilakukan, adapun pelajaran luar negeri yang perlu dipertimbangkan.

Baca Juga: Hadapi Gelombang 2 Covid-19 di Hokkaido, Jepang Sesali Pencabutan Lockdown Terlalu Dini

"Pelajaran yang kami pelajari dari Singapura, misalnya, adalah risiko gelombang kedua sangat, sangat nyata," ujar Dr Snow.

Pelajaran serius lain dari AS, Inggris, dan Italia adalah mereka terlambat menangani ini, karena begitu virus keluar itu diluar kendali, bahkan jika negara menerapkan batasan yang sangat kuat, mereka telah terlambat memberlakukan itu.

Baca Juga: Seorang Ahli Ungkap 4 Alasan Negara Barat Lebih Besar Terdampak Corona Dibandingkan Asia

Berbeda dengan Australia, negara ini beruntung virus itu tidak masuk ke banyak panti jompo, negara ini belum pernah mengalami wabah besar berbasis penjara, dan itu belum berdampak pada kota-kota regional kami yang lebih rentan.

Lebih lanjut, Snow mengatakan bahwa dasar-dasar yang terus tenaga medis ingatkan, adalah kesadar manusia menjadi penting sepanjang tahun, apa pun yang terjadi.

Baca Juga: Inovasi Hukuman PSBB, Polsek Sukaraja di Bogor Minta Pelanggar Baca Quran

"Mencuci tangan kita secara teratur, meminimalkan kontak fisik kita dengan orang lain. Dan jika kita merasa sedikit pun sakit itu bisa saja terjadi, sangat penting bahwa kita tidak bekerja dan kita tidak akan pergi ke acara ramai penduduk," ujarnya.

Di sisi lain, penguncian wilayah sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental warga, terlebih jika mereka telah kehilangan pekerjaan berimbas pada kelaparan.

Baca Juga: Peduli Warga Terdampak Covid-19, 700 Paket Sembako Dibagikan PT KAI Daop 3 Cirebon

Hampir kesejahteraan semua orang telah dipengaruhi oleh Covid-19, dengan banyak dari kita melaporkan peningkatan tingkat kecemasan, keputusasaan, dan bahkan kesedihan pada kehidupan yang kini telah berubah.

Lebih lanjut, kesempatan untuk dapat melihat teman dan keluarga dari jarak jauh akan lebih sulit.

Baca Juga: Sebuah Mobil Pick Up Nekat Mengangkut Penumpang yang Mudik di Bawah Tumpukan Kerupuk

Tak hanya itu, bahkan Susan Rossell, profesor neuropsikologi di Universitas Swinburne menyebut, dengan menghabiskan lebih banyak waktu di luar, tingkat kesehatan mental dan emosional manusia akan lebih baik dibandingkan dirumah.

Oleh karena itu, kebijakan penguncian wilayah adalah dilema besar bagi negara-negara yang telah memperlihatkan keadaan semakin membaik.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ABC News

Tags

Terkini

Terpopuler