Usai Dirawat 10 Hari Akibat Serangan yang Menewaskan Suaminya, Istri Presiden Haiti Kembali Pulang

18 Juli 2021, 13:45 WIB
Istri Presiden Haiti akhirnya kembali pulang usai adanya serangan yang menewaskan suaminya di rumah mereka. //Reuters

PR CIREBON – Istri dari presiden Haiti, Jovenel Moise, yang meninggal dunia akibat dibunuh telah kembali ke rumahnya pada Sabtu, 17 Juli 2021.

Akibat insiden pembunuhan Presiden Haiti itu, ia harus dirawat di rumah sakit di Florida, Amerika Serikat, karena luka yang dideritanya dalam serangan.

Istri Presiden Haiti bernama Martine Moise (47) itu tiba di bandara Port-au-Prince dengan lengan kanannya di gendongan dan mengenakan rompi anti peluru.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 18 Juli 2021: Leo Berhasil, Virgo Bijak, dan Libra Berkomunikasi

Di bawah langit kelabu dan diterpa angin kencang, ibu negara tersebut dengan hati-hati menuruni tangga pesawat.

Ia kemudian berjabat tangan dengan mereka yang berkumpul untuk menyambutnya, sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

"Ibu negara baru saja tiba di Haiti untuk mengambil bagian dalam persiapan pemakaman kenegaraan mendiang suaminya,” kata perwakilan dari Florida.

Baca Juga: Rapper Iggy Azalea Umumkan Akan Hiatus 'Beberapa Tahun' dari Industri Musik Setelah Rilis Album 'End of Era'

Moise telah menghabiskan 10 hari di rumah sakit di Miami, Florida, di mana dia dibawa dari udara setelah suaminya ditembak mati di rumah mereka pada dini hari tanggal 7 Juli.

Layanan pemakaman kenegaraan akan berlangsung pada 23 Juli di Cap-Haitien, sebuah kota bersejarah di utara Haiti, yang menuju kekacauan sejak Moise terbunuh.

Sehari sebelum kembalinya Martine Moise, Joseph telah berjanji keadilan akan ditegakkan atas pembunuhan presiden.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 18 Juli 2021: Aquarius dan Aries Ada Peluang Kerja

Kepala polisi Leon Charles mengatakan pada konferensi pers hari Jumat bahwa pihak berwenang Haiti bekerja dengan badan-badan internasional khusus dalam penyelidikan peradilan seperti FBI (Biro Investigasi Federal AS) dan Interpol.

“Kami menganalisis semua bukti untuk melacak dalang pembunuhan itu," tuturnya.

Moise, 53, dibunuh oleh regu pembunuh yang sebagian besar terdiri dari tentara bayaran Kolombia, tetapi banyak detail seputar serangan itu tetap menjadi misteri.

Baca Juga: Keluarga Lesti Kejora dan Rizky Billar Berharap Prosesi Akad Nikah Tetap Dilangsungkan Sesuai Rencana

Kepala polisi Kolombia Jorge Vargas mengatakan bahwa mantan pejabat kementerian kehakiman Haiti, Joseph Felix Badio, memberi dua tentara bayaran Kolombia perintah untuk membunuh presiden.

Tetapi tidak jelas apakah Badio pada gilirannya mengikuti perintah dari orang lain.

Badio, mantan pejabat di unit antikorupsi di kementerian kehakiman, adalah salah satu dari beberapa orang yang dicari oleh polisi Haiti, bersama mantan senator oposisi Joel John Joseph.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 18 Juli 2021: Taurus Sosialisasi, Gemini Fokus Bekerja, dan Cancer Terjebak

Keduanya digambarkan di poster buronan mereka sebagai bersenjata dan berbahaya.

Hingga kini, lebih dari 20 orang telah ditangkap sehubungan dengan pembunuhan Presiden Haiti itu.

Polisi Haiti menuduh seorang dokter Haiti berusia 63 tahun yang memiliki ikatan kuat dengan Florida, Christian Emmanuel Sanon, sebagai dalang dan memiliki tujuan politik.

Baca Juga: Dwayne Johnson Sebut Film 'Black Adam' sebagai Usaha Terberat dalam Berkarier: Perjalanan yang Luar Biasa

Joseph mengatakan 24 petugas polisi yang terkait dengan detail keamanan Moise diperintahkan melapor untuk diinterogasi.

Sehari sebelum Martine Moise kembali ke Haiti, sekitar 40 orang berkumpul di Miami di luar rumah sakit tempat dia dirawat karena luka tembak di lengannya untuk menunjukkan dukungan mereka.

Sebagian besar adalah perempuan dan sebagian besar memakai warna biru, salah satu warna bendera negara.

Baca Juga: Ingin Sarapan dan Camilan yang Enak? Simak 4 Jenis Sandwich yang Sehat dan Kaya Manfaat

"Kami akan berdoa atas nama Ibu Negara kami dan rakyat Haiti," kata salah satu demonstran, Regina Martin Archat.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler