Dokumen Lama dari Donald Trump dan Stafnya Terbongkar, Berisi Klaim Kecurangan Pemilu hingga Teori Konspirasi

16 Juni 2021, 16:40 WIB
Dokumen lama yang dikirim Donald Trump dan stafnya terbongkar di Departemen Kehakiman AS, berisi kecurangan pemilu dan teori konspirasi. //Instagram.com/@realdonaldtrump

PR CIREBON – Sebuah dokumen lama yang baru-baru ini diperoleh dari Departemen Kehakiman AS merinci upaya mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kepala stafnya, dan sekutu lainnya saat itu.

Dalam dokumen yang dirilis pada Selasa, 15 Juni 2021 waktu setempat itu, Donald Trump dan sekutunya menekan departemen tersebut agar menentang hasil pemilihan presiden 2020.

Komite Pengawasan dan Reformasi DPR, yang menerima dokumen dari Departemen Kehakiman AS, menguraikan serangkaian tawaran dari Donald Trump, mantan kepala stafnya Mark Meadows dan seorang pengacara swasta luar.

Baca Juga: Kerap Disebut Pansos dengan Rizky Billar dan Lesti Kejora, Basuki Surodjo: Selama Positif, Salahnya di Mana?

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, mereka mendorong departemen untuk bertindak atas klaim pemilihan palsu mantan presiden Partai Republik itu.

Selama berminggu-minggu setelah pemilihan pada November 2020 lalu, Donald Trump dan sekutunya menegaskan bahwa kekalahannya disebabkan oleh penipuan pemilih yang meluas di seluruh AS.

Tim kampanye dan pendukung lainnya mengajukan puluhan tuntutan hukum di pengadilan yang menentang hasil pemilu. Semuanya ditolak karena tidak ada kecurangan yang ditemukan.

Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Bahasa Indonesia Lagu 'riBBon' - Bambam GOT7

Akan tetapi, Donald Trump terus mengklaim pemilihan itu dicurangi.

Dalam satu email yang diperoleh komite, tertanggal 14 Desember 2020 atau hari dimana Electoral College AS bertemu di seluruh AS untuk mengesahkan kemenangan Demokrat Joe Biden, Asisten Gedung Putih Trump mengirim email.

Subjek email itu berasal dari POTUS ke Wakil Jaksa Agung saat itu, Jeffrey Rosen.

Baca Juga: Vin Diesel Klaim 'Fast and Furious' Tinggal Dua Film Lagi dari Endingnya

“Email tersebut melampirkan materi tentang dugaan penipuan pemilih di Antrim County, Michigan, termasuk 'poin pembicaraan' yang menegaskan penutupan terkait mesin pemungutan suara di Michigan,' dan, 'Michigan tidak dapat memberikan sertifikasi untuk Biden,'” jelas komite AS.

Dokumen lain yang diperoleh komite menunjukkan bahwa dua menit setelah dokumen-dokumen itu dikirim, asisten Wakil Jaksa Agung Richard Donoghue mengirim dokumen yang sama ke pengacara AS di Michigan.

Lalu 40 menit setelah itu, Trump menulis cuitan bahwa Jaksa Agung Barr saat itu akan mengundurkan diri untuk digantikan sementara oleh Rosen.

Baca Juga: Spice Girls Bakal Luncurkan Lagu Baru dalam Perayaan 25 Tahun 'Wannabe'

Sedangkan Donoghue akan diangkat untuk menjabat sebagai Penjabat Wakil Jaksa Agung, menurut dokumen yang diperoleh komite.

Dalam peran baru mereka, Rosen dan Donoghue menjadi target utama bagi Trump dan timnya, karena selama beberapa minggu berikutnya mereka dipanggil ke pertemuan dengan mantan presiden.

Keduanya juga didesak oleh Meadows dan lainnya untuk menyelidiki klaim penipuan pemilu yang tidak berdasar dan teori konspirasi.

Baca Juga: Bocoran Windows 11, Ada Menu Start UI Baru dan Banyak Lagi

Di antara teori yang tim Trump inginkan dilihat oleh Departemen Kehakiman adalah dokumen yang diterjemahkan dari seorang individu di Italia.

Individu itu mengaku memiliki pengetahuan langsung dari plot yang melibatkan militer dan CIA di mana data pemilu Amerika diubah di Italia.

Orang tersebut mengklaim bahwa data tersebut mengkonfirmasi bahwa Trump adalah pemenang yang benar pada pemilihan dan bahwa sumber konservatif di dinas rahasia Italia mengkonfirmasi data tersebut.

Baca Juga: Ciri-ciri dan Cara Penanganan Serangan Jantung untuk Diri Sendiri atau Orang Lain Secara Mendadak

Dokumen ini diteruskan dari Meadows ke Rosen pada 30 Desember 2020 dan dua hari kemudian, pada 1 Januari, Meadows mengirimi Rosen tautan YouTube yang merujuk pada teori konspirasi Italia.

Rosen meneruskan email tersebut ke Donoghue, yang mennyebut teori itu sebagai ‘kegilaan murni’.

Perwakilan untuk Trump tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler