Di Tengah Kekacauan Akibat Kudeta Militer di Negaranya, Warga Myanmar Tunjukkan Dukungan pada Rohingya

15 Juni 2021, 16:00 WIB
Kudeta militer yang terjadi di Myanmar membuat warga negara itu semakin banyak yang menunjukkan dukungan pada Rohingya. /Navesh Chitrakar/REUTERS

PR CIREBON – Ratusan ribu pengunjuk rasa anti-militer pemerintah Myanmar telah membanjiri media sosial dengan foto-foto diri mereka mengenakan pakaian hitam untuk menunjukkan solidaritas dengan Rohingya.

Sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi dari kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, gerakan anti-militer yang menuntut kembalinya demokrasi telah berkembang, termasuk memperjuangkan hak-hak etnis minoritas, salah satunya Rohingya.

Rohingya yang sebagian besar Muslim, lama dipandang sebagai penyelundup dari Bangladesh oleh banyak orang di Myanmar.

Baca Juga: Dijatuhi Hukuman 2 Tahun Penjara, Ilhoon Eks BTOB Ajukan Banding

Selama beberapa dekade Rohingnya telah ditolak kewarganegaraannya, haknya, aksesnya ke layanan dan kebebasan bergerak di Myanmar.

Pada 2017, kampanye militer berdarah di barat Myanmar membuat sekitar 740.000 Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh.

Mereka membawa laporan pemerkosaan, pembunuhan massal, dan pembakaran yang dilakukan militer Myanmar.

Baca Juga: 3 Hal yang Paling Tidak untuk Dikatakan kepada Scorpio, Menurut Astrologi

Militer telah lama mengklaim tindakan keras itu dibenarkan untuk membasmi pemberontak.

Begitu pun dengan Aung San Suu Kyi yang membela tindakan militer dengan melakukan perjalanan ke Den Haag untuk membantah tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB.

Publik Myanmar sebagian besar tidak simpatik terhadap penderitaan Rohingya, sementara para aktivis dan jurnalis yang melaporkan masalah tersebut menghadapi pelecehan pedas secara online.

Baca Juga: Akui Urus Persiapan Pernikahan Tanpa Campur Tangan Orang Tua, Rizky Billar: Cuma Aku, Lesti, dan Manager Kita

Para aktivis dan warga sipil pun turun ke media sosial untuk memposting foto-foto diri mereka mengenakan pakaian hitam dan memberi hormat tiga jari perlawanan, dalam posting yang diberi tag “#Black4Rohingya”.

“Keadilan harus ditegakkan untuk Anda masing-masing dan kita masing-masing di Myanmar,” kata aktivis hak asasi terkemuka Thinzar Shunlei Yi.

Media lokal juga menunjukkan protes kecil di pusat komersial Myanmar Yangon, dengan demonstran berpakaian hitam memegang tanda-tanda dalam bahasa Burma yang mengatakan mereka memprotes Rohingya yang tertindas.

Baca Juga: Rizky Billar Disebut 'The Next' Raffi Ahmad, Bubah Alfian: Dia Benar-benar Humble Sama Siapapun

Dukungan untuk Rohingya dari sebagian besar penduduk Buddha dan etnis mayoritas jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.

Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Bebas, mengatakan bahwa kampanye #Black4Rohingya telah menerima dukungan dan solidaritas besar dari sesama warga Myanmar tahun ini.

“Di masa lalu, kami hanya memiliki pendukung internasional tetapi sejak kudeta, kami telah menerima permintaan maaf publik dari individu dan organisasi di Myanmar,” tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Unggah Video Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Membludak, Tompi: Bukan untuk Menakut-nakuti

“Solidaritas dari sesama warga Burma sangat penting bagi kami. Kami tidak memiliki teman di negara kami sendiri, dianggap seperti musuh, dan penyusup,” lanjutnya.

Namun, menurut Nay San Lwin, sekarang banyak dari warga Myanmar yang menerima Rohingya sebagai sesama warga dan menyadari bahwa mereka telah dicuci otak oleh militer.

“Orang-orang yang dulu memanggil kami 'Bengali' sekarang memanggil kami Rohingya. Itu berarti mereka sekarang menghormati hak asasi manusia yang paling mendasar,” ungkapnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler