Desak Israel dan Palestina untuk Lindungi Warga Sipil, Menlu AS Antony Blinken: Kami Bekerja di Belakang Layar

18 Mei 2021, 15:05 WIB
Menlu AS Antony Blinken mengatakan pihaknya bekerja di belakang layar untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina. /Reuters/Leah Millis/REUTERS

PR CIREBON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Senin, 17 Mei 2021, mendesak Israel dan Palestina untuk melindungi warga sipil, terutama anak-anak.

Dalam konflik antara Israel dan Palestina tersebut, AS berkali-kali mengatakan bahwa mereka mendukung apa yang disebut sebagai pembelaan diri terhadap serangan roket dari Hamas.

Blinken menyebut bahwa dalam konflik dengan Palestina, Israel sebagai negara demokrasi memiliki beban ekstra untuk melindungi warga sipil.

Baca Juga: Soal 75 Pegawai KPK yang Dinonaktifkan, Jokowi: Hasil TWK Hendaknya Tidak Serta-merta Jadi Dasar Pemberhentian

Namun Blinken tidak mengungkit agar segera dilakukan gencatan senjata dalam kekerasan yang telah merenggut lebih dari 200 nyawa itu.

Korban dari serangan udara tersebut sebagian besar adalah warga Palestina, dan AS tetap mengatakan bahwa mereka membela tindakan Israel sebagai tanggapan atas tembakan roket Hamas.

"Kami telah bekerja secara intensif di belakang layar untuk mencoba mengakhiri konflik," kata Blinken pada konferensi pers dalam kunjungannya ke Denmark.

Baca Juga: Dapat Paket Misterius untuk Kiano di Depan Rumah, Paula Verhoeven: Hati-hati!

“Kami siap memberikan dukungan, jika ada pihak yang mengupayakan gencatan senjata,” ujarnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Dia menegaskan kembali dukungan Washington untuk hak Israel dalam mempertahankan diri.

Ia juga menekankan bahwa tidak ada kesetaraan antara apa yang disebutnya kelompok teroris yang menembakkan roket secara membabi buta ke warga sipil dan negara yang membela rakyatnya dari serangan itu.

Baca Juga: Beri Apresiasi, Novel Baswedaan: Pidato Jokowi Bebaskan Kami dari Tuduhan Tidak Berkebangsaan

"Jadi kami meminta Hamas dan kelompok lain di Gaza untuk segera menghentikan serangan roket," tegasnya.

Blinken, yang melakukan perjalanan ke Islandia untuk pertemuan Arktik, kemudian menelepon Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi untuk membahas upaya AS untuk mengakhiri kekerasan.

Ia juga menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas gelombang kekerasan di Israel antara warga Yahudi dan Arab, menurut Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.

Baca Juga: Seorang Warga Zimbabwe Berambisi Menikahi 100 Wanita Demi Membantu Mengisi Populasi

Blinken juga berbicara dengan rekan-rekannya di Uni Eropa dan Emirat, sehari setelah melakukan panggilan ke menteri luar negeri Mesir, Prancis, Qatar dan Arab Saudi.

Pada konferensi persnya di Kopenhagen, Blinken mengatakan bahwa Israel sebagai negara demokrasi memiliki beban ekstra untuk melakukan segala kemungkinan untuk menghindari korban sipil.

Itu termasuk jurnalis, kata Blinken, merujuk pada serangan udara Israel pada hari Sabtu yang menghancurkan sebuah bangunan di Gaza yang menampung outlet media internasional televisi Al Jazeera dan kantor berita AS The Associated Press.

Baca Juga: Unggah Foto Cucian Menumpuk, Putri Anne: Stop Komentari Apa yang Aku Lakukan

Diplomat tertinggi AS itu menegaskan kembali kekhawatiran Washington tentang perlindungan terhadap media, tetapi juga berhenti mengutuk serangan itu.

Dia mengatakan Washington telah meminta Israel memberikan rincian tambahan mengenai pembenaran untuk serangan itu.

Blinken mengatakan dia secara pribadi belum melihat informasi apa pun yang dibagikan oleh otoritas Israel, dan karena itu tidak ingin mengomentari keabsahan serangan itu.

Baca Juga: Singgung TWK di KPK, Andi Arief: Doktrin Baru ala Orba dengan Bentuk Lain

"Israel memiliki tanggung jawab khusus untuk melindungi warga sipil dalam rangka membela diri, dan itu pasti termasuk jurnalis," katanya.

Blinken juga membela langkah Washington untuk memblokir deklarasi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan diakhirinya permusuhan.

"Kami tidak menghalangi diplomasi," Blinken menekankan.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler