Dampak Kenaikan Harga Minyak dan Kebijakan Lockdwon Covid-19, Inflasi di Negara Inggris Meningkat

21 April 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi Inflasi 2021. Peningkatan angka inflasi di Inggris disebabkan harga minyak global naik dan didorong adanya Covid-19.* /Pixabay/geralt

PR CIREBON - Negara Inggris mengalami peningkatan inflasi pada bulan Maret.

Peningkatan angka inflasi di Inggris disebabkan karena harga minyak global naik dan mengurangi subsidi ditingkat eceran yang didorong adanya Covid-19.

Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, diperkirakan inflasi yang terjadi di Inggris akan terus naik usai sektor ekonomi dibuka kembali dari kebijakan lockdown.

Baca Juga: Akui Merasa Senang Akan Dapat Keponakan Baru, Nisya Ahmad Sebut Nagita Slavina Sering Menangis

Menurut angka resmi yang diterbitkan pada hari Rabu 21 April 2021, inflasi harga untuk tingkat konsumen naik menjadi 0,7 persen pada Maret, setelah turun menjadi hanya 0,4 persen pada Februari.

Angka tersebut juga sedikit di bawah perkiraan rata-rata 0,8 persen dalam jajak pendapat ekonom Reuters.

"Tingkat inflasi meningkat dengan kenaikan harga bensin dan pemulihan pakaian dari penurunan yang terlihat pada Februari," kata pejabat Kantor Statistik Nasional Jonathan Athow.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Merupakan Musuh Terburuk Mereka Sendiri, Taurus Si Keras Kepala

Inflasi Inggris diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, karena kenaikan tagihan energi rumah tangga yang diatur pada bulan April.

Selain itu didorong adanya harga minyak global yang lebih tinggi dan perbandingan dengan harga setahun yang lalu ketika lockdown Covid-19 yang menyebabkan permintaan menurun.

Harga bahan bakar di bulan Maret menunjukkan kenaikan tahunan terbesar sejak Januari 2020.

Baca Juga: Mengejutkan! Hotma Sitompul dan Cita Citata Kecipratan, Ini Rincian Penggunaan Uang Suap Bansos Kemensos

Harga pakaian dan alas kaki naik 1,6 persen pada bulan setelah penutupan toko yang disebabkan oleh aturan penguncian yang menyebabkan diskon di bulan Februari, kenaikan terbesar sejak 2017 untuk sepanjang tahun.

Harga pakaian dan alas kaki masih lebih rendah 3,9 persen dari tahun sebelumnya, dan harga makanan turun 1,4 persen .

Bank of England memperkirakan pada bulan Februari bahwa inflasi akan mencapai 1,9 persen pada akhir tahun 2021 tetapi banyak ekonom sekarang memperkirakan inflasi akan melebihi target 2 persen sebelumnya.

Baca Juga: Ungkap Kondisi Nagita Slavina Saat ini, Raffi Ahmad Minta Doa: Sekarang Lebih Was-Was Lagi

Dalam jangka menengah, BoE melihat tekanan inflasi yang lebih rendah karena kelemahan di pasar kerja, yang diperkirakan akan bertahan bahkan setelah ekonomi kembali ke ukuran sebelum pandemi Covid-19 yang diperkirakan akan terjadi awal tahun depan.

"Tidak seperti AS, di mana kami memperkirakan inflasi akan relatif lengket di atas 2 persen, kami pikir kisah Inggris kemungkinan akan kurang menarik," terang James Smith, ekonom ING.

Baca Juga: Soal Isu Reshuffle Kabinet Jokowi, Mardani Ali Sera: Silakan, Tapi Pastikan Hasilnya Bermanfaat Bagi Rakyat

"Sebagian ini karena kami pikir kisah permintaan yang terpendam mungkin kurang menonjol dibandingkan di Amerika Serikat," sambungnya. 

Pasar keuangan melihat sekitar 50 persen peluang kenaikan suku bunga sebesar seperempat poin oleh Bank of England pada akhir tahun depan.

Baca Juga: Ini 3 Alasan Hubungan Persahabatan Tak Bisa Bertahan Lama!

Tetapi, banyak ekonom berpikir BoE perlu waktu lebih lama untuk bergerak.

"Kami yakin Bank of England kemungkinan besar akan menunda tindakannya sepanjang tahun 2021.

"Tetapi, jelas ada kemungkinan yang berkembang bahwa Bank dapat mengetatkan kebijakan moneter pada tahun 2022, meskipun saat ini, awal 2023 tampaknya lebih mungkin," tandas Howard Archer, seorang ekonom dengan EY Item Club.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler