PR CIREBON – Intelijen Amerika Serikat (AS) akhirnya merilis laporan kematian jurnalis AS Jamal Khashoggi.
Dalam laporan itu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman disebut-sebut terlibat dalam menyetujui pembunuhan jurnalis AS tersebut.
Menanggapi laporan itu, Arab Saudi mengatakan mereka menolak sepenuhnya penilaian dalam laporan intelijen AS yang mereka sebut negatif, salah dan tidak dapat diterima.
Dalam laporan AS itu, penguasa de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman disebut menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh kolumnis Washington Post pada 2018.
Saat pembunuhan itu, AS memberikan sanksi kepada beberapa dari mereka yang terlibat tetapi tidak kepada putra mahkota itu sendiri.
"Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak penilaian dalam laporan yang berkaitan dengan kepemimpinan Kerajaan.
“Kami mencatat bahwa laporan tersebut berisi informasi dan kesimpulan yang tidak akurat," kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.
"Kejahatan itu dilakukan oleh sekelompok individu yang telah melanggar semua peraturan terkait dan kepemimpinan kerajaan mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa tragedi seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi," tambah pernyataan kementerian luar negeri.
Pengadilan Arab Saudi memenjarakan delapan orang tahun lalu, dalam waktu 7 hingga 20 tahun lebih atas pembunuhan Khashoggi.
Keluarganya memaafkan pembunuhnya dan mengesampingkan hukuman mati.
Khashoggi, seorang kritikus putra mahkota, terakhir terlihat di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Saat itu dia pergi untuk mendapatkan dokumen untuk pernikahannya yang akan datang. Tubuhnya dipotong-potong dan dipindahkan dari gedung dan jenazahnya belum ditemukan.
Pembunuhan itu menyebabkan keributan global dan menodai citra reformis Pangeran Mohammed.
Selain itu, kejadian tersebut juga merenggangkan hubungan antara AS dan sekutu terdekat Arabnya.
"Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa kemitraan antara Kerajaan Arab Saudi dan Amerika Serikat adalah kemitraan yang kuat dan langgeng," kata pernyataan itu.***