Lakukan Panggilan Telepon Pertama Kali, Presiden AS Joe Biden dan Raja Salman Bahas Kemitraan Jangka Panjang

26 Februari 2021, 15:12 WIB
Presiden AS, Joe Biden berbicara melalui telepon dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan membicarakan kemitraan.* /Twitter/@POTUS

PR CIREBON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara untuk pertama kalinya sejak menjadi presiden dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.

Panggilan telepon Joe Biden dan Raja Salman itu dilakukan pada Kamis, 25 Februari 2021 waktu setempat ketika AS bersiap untuk merilis laporan tentang pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018.

Dalam kesempatan itu, Joe Biden menekankan komitmen AS untuk memastikan keamanan Arab Saudi dari ancaman dari Iran dan membahas upaya diplomatik baru untuk mengakhiri perang di Yaman.

Baca Juga: Sri Langka Cabut Kebijakan Kontroversial Terkait Pelarangan Penguburan Korban Covid-19

Gedung Putih juga menyatakan bahwa Joe Biden dan Raja Salman membahas kemitraan jangka panjang antara AS dan Arab Saudi.

Selain itu, AS berkomitmen untuk membantu Arab Saudi mempertahankan wilayahnya saat menghadapi serangan dari kelompok-kelompok yang berpihak pada Iran.

"Presiden mencatat secara positif pembebasan beberapa aktivis Saudi-Amerika dan Ms Loujain al-Hathloul baru-baru ini dari tahanan, dan menegaskan pentingnya Amerika Serikat menempatkan hak asasi manusia universal dan supremasi hukum," kata Gedung Putih, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Kafe di Cengkareng Resmi Ditutup Permanen, Satpol PP: Sudah Tiga Kali Melanggar Prokes Covid-19

Al-Hathloul, seorang aktivis terkemuka yang mengadvokasi hak perempuan untuk mengemudi di Arab Saudi, dibebaskan dari penjara Saudi pada 10 Februari setelah hampir tiga tahun di balik jeruji besi.

Sementara pers Arab Saudi mengatakan Raja Salman dan Joe Biden menekankan kedalaman hubungan antara kedua negara.

Mereka juga membicarakan pentingnya memperkuat kemitraan antara keduanya untuk melayani kepentingan mereka dan mencapai keamanan serta stabilitas di kawasan dan dunia.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 26 Februari 2021: Akankah Rendy Dipenjara Karena Menyerang Nino?

Pemerintahan Joe Biden yang baru telah mengambil sikap yang lebih keras terhadap Riyadh daripada pemerintahan Donald Trump sebelumnya, mendorong diakhirinya perang saudara di Yaman dan pengakuan yang lebih besar terhadap hak asasi manusia di kerajaan.

"Administrasi kami difokuskan untuk mengkalibrasi ulang hubungan tersebut. Tentu, ada area di mana kami akan mengungkapkan keprihatinan dan membiarkan opsi akuntabilitas terbuka.

“Ada juga area di mana kami akan terus bekerja dengan Arab Saudi mengingat ancaman yang mereka hadapi di wilayah tersebut," kata sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki, sebelum panggilan telepon tersebut.

Baca Juga: Intip Anggunnya Selvi Ananda, Istri Gibran Rakabuming saat Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PPK Surakarta

Pejabat Joe Biden mengatakan mereka siap untuk merilis kepada publik laporan intelijen yang tidak diklasifikasikan dari agen mata-mata AS tentang pembunuhan Khashoggi pada Oktober 2018 di dalam konsulat Saudi di Istanbul.

Laporan tersebut, yang diwajibkan oleh Kongres, kemungkinan akan mengakui secara resmi untuk pertama kalinya bahwa intelijen AS menunjukkan Khashoggi dibunuh oleh regu pembunuh bayaran Arab Saudi yang bertindak atas perintah Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Dalam panggilan dengan raja Saudi itu, Joe Biden juga berjanji untuk bekerja membuat hubungan bilateral yang kuat dan transparan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler