ISIS Klaim sebagai Dalang Pengeboman Baghdad, Akui Targetkan Kelompok Syiah yang Murtad

23 Januari 2021, 19:20 WIB
Bom bunuh diri meledak di Baghdad, Irak pada Kamis, 21 Januari 2021 lalu diklaim sebagai serangan dari kelompok ISIS. /Pixabay/Code404

PR CIREBON – Serangan bom bunuh diri yang terjadi di Baghdad, Irak pada Kamis 21 Januari 2021 lalu.

Bom yang meledak Baghdad di Irak diklaim sebagai serangan dari kelompok ISIS.

ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman bunuh diri yang terjadi di Baghdad sebagai peristiwa langka dan mematikan.

Baca Juga: Elon Musk Tawarkan Hadiah 100 Juta Dolar untuk Pengembangan Teknologi Penangkap Karbon Terbaik, Berminat Ikut?

Sebagaimana dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Arab News, peristiwa tersebut menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai puluhan lainnya.

Pada pernyataan yang beredar di situs web yang berafiliasi dengan Daesh, ISIS mengatakan pemboman itu menargetkan kelompok Syiah yang murtad.

Pernyataan itu mengatakan pemboman pertama dilakukan oleh Abu Youssef Al-Ansari dan yang kedua oleh Mohammed Arif Al MuHajjir.

Baca Juga: Pengeboman Baghdad Jadi Tantangan Pertama Joe Biden Pasca Dilantik, Bagaimana Tanggapannya?

Perdana Menteri Irak mengatakan pemboman kemarin adalah pelanggaran keamanan, dan negara tidak akan membiarkannya terulang.

Ia menambahkan bahwa Baghdad sedang mengerjakan rencana keamanan yang komprehensif untuk menghadapi tantangan ekstremisme.

Sedikitnya 32 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam ledakan pada hari Kamis itu, beberapa dalam kondisi parah.

Baca Juga: Keren! Pengantar Pizza Hut ini Difasilitasi Mobil Chevy Malibu 2017, Kok Bisa ya?

Menurut pejabat, pelaku bom bunuh diri pertama berteriak keras bahwa dia sakit di tengah pasar yang ramai.

Ia mendorong kerumunan untuk berkumpul di sekelilingnya dan saat itulah dia meledakkan sabuk peledaknya.

Tak berselang lama, bom yang kedua meledak di tempat yang sama.

Baca Juga: Politisi Malaysia Ditangkap usai Diduga Jual Beli dan Budidaya Ganja di Rumahnya

Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menghentikan aktivitas tempur dan secara bertahap menarik kehadiran pasukannya di Irak, yang memicu kekhawatiran kebangkitan ISIS.

Kelompok itu jarang bisa menembus ibu kota sejak digulingkan oleh pasukan Irak dan koalisi pimpinan AS pada 2017 lalu.

Serangan itu adalah serangan yang pertama yang menghantam ibu kota dalam hampir tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Pendana Menteri Yoshihide Suga Tegaskan Jepang Tak Berniat Gabung Perjanjian PBB Terkait Nuklir

Di tempat lain, di Irak utara dan gurun barat, serangan terus berlanjut dan hampir secara eksklusif menargetkan pasukan keamanan Irak.

Peningkatan serangan terlihat musim panas lalu ketika para militan memanfaatkan fokus pemerintah untuk menangani pandemi virus corona atau Covid-19.

Selain itu, juga mengeksploitasi celah keamanan di wilayah yang disengketakan di Irak Utara.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Arab News

Tags

Terkini

Terpopuler