Facebook Tak Berencana Cabut Blokir Akun Donald Trump: Bukti Presiden Tak di Atas Kebijakan Kami

12 Januari 2021, 08:46 WIB
Ilustrasi Facebook.* /pixabay.com/LoboStudioHamburg

PR CIREBON - Kepala operasi Facebook Sheryl Sandberg mengatakan bahwa jaringan sosial media terbesar di dunia tersebut tidak memiliki rencana untuk mencabut pemblokirannya pada akun Presiden AS, Donald Trump.

Sandberg mengungkapkan kalau dia senang Facebook telah membekukan akun Trump, yang dilakukan Facebook segera untuk menindak klaim Trump yang dianggap tidak berdasar tentang penipuan dalam pemilihan Presiden AS di tengah kerusuhan yang terjadi di Washington pekan lalu.

Beberapa jam kemudian, perusahaan tersebut melarang frasa "hentikan pencurian" sama sekali, dengan alasan istilah tersebut digunakan untuk mengatur rencana acara terkait hasil dari pemilihan presiden, yang diduga bisa menimbulkan kekerasan.

Baca Juga: Viral Foto Diduga HRS dengan Tersangka Narkoba, Gus Romli: Jangan Ragu-ragu, Hukum dan Usir

Dia menambahkan jika Trump ingin mengajukan banding atas penghapusan kontennya, itu bisa terjadi melalui Dewan Pengawas baru perusahaan.

Facebook mengatakan Trump tidak dapat mengajukan banding atas penangguhan yang sebenarnya melalui dewan.

"Ini menunjukkan posisi presiden tidak di atas kebijakan yang kami miliki," kata Sandberg, dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Channel News Asia pada Selasa, 12 Januari 2021.

Para eksekutif Facebook telah lama memberikan perhatian pada pidato kepolisian yang diunggah oleh politisi, dengan menyatakan bahwa orang memiliki hak untuk melihat pernyataan dari para pemimpin mereka.

Baca Juga: DKI Jakarta Siap Vaksinasi Tahap Pertama, Azis Syamsuddin Apresiasi BPOM dan MUI

Perusahaan tersebut agak mundur pada posisi itu dan mulai menerapkan label pada unggahan presiden setelah mendapat serangan balik musim panas ini, termasuk memboikot pengiklan.

Ketika mereka menolak untuk melakukan tindakan atas retorika Trump yang 'membakar' seputar protes anti-rasisme di seluruh Amerika Serikat.

Hal itu kemudian berbalik arah, pada akhirnya Facebook membekukan Trump tanpa batas waktu setelah kerusuhan minggu lalu, yang memuncak dengan penyerbuan Capitol AS.

Retorika kekerasan di platform media sosial termasuk Facebook telah meningkat dalam beberapa minggu sebelum aksi unjuk rasa ketika kelompok-kelompok berencana secara terbuka untuk pertemuan tersebut.

Baca Juga: Tagih Janji Rp1 Miliar Haikal Hassan, Muannas Alaidid: Gak Minta Uang, Ngapain Antum Blok?

Menurut peneliti dan unggahan publik, telah memicu kritik terhadap perusahaan platform karena gagal mengambil tindakan yang lebih agresif sebelumnya.

Sandberg mengakui bahwa Facebook mungkin telah melewatkan beberapa unggahan itu, tetapi dia yakin acara tersebut sebagian besar diselenggarakan di platform lain.

Dia mengatakan perusahaan sedang mengawasi kemungkinan protes bersenjata lebih lanjut yang direncanakan dilaksanakan di Washington, DC dan di semua 50 ibu kota negara bagian AS menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari, yang telah memicu peringatan FBI.

Baca Juga: Sinyal Kotak Hitam Sriwijaya Air SJ 182 Berhasil Dilokalisir, Tim SAR Ungkap Kendala Pencarian

Ditanya mengapa Facebook tidak mengambil tindakan serupa terhadap para pemimpin lain seperti Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, dan Presiden Rodrigo Duterte di Filipina.

Dimana mereka juga dituduh menghasut kekerasan online, Sandberg mengatakan kebijakan perusahaan akan berlaku secara global.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler