Industri Manufaktur Indonesia Sedang Menikmati Momen Cemerlang

- 15 Maret 2024, 20:58 WIB
Pemberlakuan harga gas bumi tertentu (HGBT) saat ini hanya menyasar di tujuh sektor industri. Tujuh sektor tersebut adalah industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
Pemberlakuan harga gas bumi tertentu (HGBT) saat ini hanya menyasar di tujuh sektor industri. Tujuh sektor tersebut adalah industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet. /ANTARA FOTO/ Asep Fathurahman

 

SABACIREBON - Industri manufaktur Indonesia sedang menikmati momen cemerlang di tengah gejolak ekonomi global yang terjadi. Kehadiran deindustrialisasi belum terasa, sebaliknya produktivitasnya mengalami peningkatan yang signifikan.

Ini terbukti dari capaian Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang tetap berada dalam fase ekspansi pada Februari 2024 dengan angka 52,7.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyambut baik laporan tersebut, menunjukkan bahwa ekonomi nasional masih solid meskipun resesi menerpa beberapa negara maju seperti Jepang dan Inggris.

Baca Juga: PTDI dan Bappenas Dorong Pengembangan Ekosistem Industri Kedirgantaraan di Bali

Salah satu inisiatif penting yang diusung adalah pemberlakuan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang dapat dimanfaatkan lebih luas oleh sektor industri.

Saat ini, HGBT hanya menyasar tujuh sektor industri tertentu, namun Menperin Agus mendorong untuk melibatkan lebih banyak sektor agar bisa mendapatkan harga gas yang kompetitif.

Pasalnya, gas menjadi bahan baku vital bagi banyak subsektor industri, dan harga gas yang kompetitif menjadi kunci daya saing produk industri Indonesia.

Baca Juga: Pertumbuhan Impresif Sektor Ilmate: Kontribusi Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika

Kinerja industri manufaktur Indonesia tercermin dari berbagai indikator ekonomi, seperti Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang mencapai 52,56 pada Februari 2024, meningkat 0,21 poin dibandingkan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan PDB industri manufaktur Indonesia juga menunjukkan tren positif, dengan kontribusi yang mencapai 19,9 persen terhadap PDB nasional pada periode 2014-2022.

Nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia tahun 2021 yang mencapai USD288 miliar menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu power house manufaktur dunia.

Baca Juga: Percepatan Industri Halal Nasional: Potensi dan Tantangan

Ekspor produk industri nonmigas juga tetap menjadi pendorong utama ekspor Indonesia, menyumbang 72,24 persen terhadap nilai ekspor pada tahun 2023. Investasi sektor industri juga tetap kuat, menembus angka Rp3.031,85 triliun selama satu dekade terakhir.

Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur Indonesia mampu bertahan dan bahkan berkembang di tengah badai resesi global.

Menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2024, Jingyi Pan dari S&P Global Market Intelligence menyatakan bahwa sentimen di antara perusahaan manufaktur Indonesia membaik. Permintaan domestik yang solid mendukung pertumbuhan pesanan baru dan output industri.

Baca Juga: Industri Pengolahan: Pilar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi

PMI Manufaktur Indonesia pada bulan kedua 2024 bahkan mampu melampaui beberapa negara besar lainnya seperti Tiongkok, Jerman, dan Amerika Serikat, menunjukkan ketangguhan sektor manufaktur Indonesia di tengah tantangan global.

Dengan kebijakan yang tepat dan berkelanjutan, serta dukungan penuh dari pemerintah dan pelaku industri, prospek industri manufaktur Indonesia terlihat cerah di masa depan.

Ini bukanlah saat untuk khawatir tentang deindustrialisasi, tetapi saatnya untuk merayakan prestasi dan potensi industri Indonesia yang terus berkembang di tengah badai resesi global.***

Editor: Nurhidayat

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x