Tidur Ternyata Mampu 'Membersihkan' Otak, Salah Satunya Turunkan Risiko Demensia

- 26 Agustus 2020, 20:55 WIB
Ilustrasi tidur
Ilustrasi tidur /Pixabay

PR CIREBON - Tidur merupakan waktu untuk tubuh kita dapat beristirahat setelah melakukan banyak aktivitas yang melelahkan.

Sebuah penelitian dari Universitas Boston menggambarkan, meski tubuh kita beristirahat saat tidur, otak kita akan terlibat secara aktif dalam 'banjir pembersihan' yang mampu membantu untuk menangkal penyakit, salah satunya demensia.

Penelitian ini didasarkan pasa sebuah penelitian sebelumnya, yang telah menunjukkan otak kita bekerja daripada turut beristirahat seperti tubuh saat tidur.

Baca Juga: Presensi Sidik Jari Diduga Jadi Penyebab Guru di Surabaya Positif Covid-19, Bamsoet: Harus WFH Lagi

 

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Healthline, proses yang sebenarnya terjadi melibatkan sistem glymphatic kita, yaitu sistem pembersihan limbah untuk sistem saraf pusat kita.

Saat kita terbangun, protein prekursor yang disebut amiloid-beta melonjak dan menumpuk di otak kita.

Namun, selama jam tidur kita, otak kita membersihkan amiloid-beta ini, mencegahnya terbentuk menjadi plak dan merusak neuron kita.

Baca Juga: Presiden Jokowi Konsisten Bangun Indonesia di Tengah Pandemi, Jalan Tol Pertama di Aceh Jadi Bukti

Tanpa tidur yang cukup, otak kita tidak dapat secara efektif membersihkan protein prekursor ini, di mana penumpukkan protein ini menaikkan risiko demensia yang lebih tinggi karena neuron yang rusak.

Dr. Alon Y. Avidan , MPH yang merupakan direktur Pusat Gangguan Tidur UCLA dan profesor di departemen neurologi di David Geffen School of Medicine di UCLA, menyebutkan bahwa saat kita tidur, sistem glimfatik kita bekerja penuh untuk membersihkan protein, racun, dan produk limbah.

“Tidur yang buruk membuat sistem glymphatic kurang efisien. Protein ini beracun bagi sel, ke neuron, dan penumpukannya dapat menyebabkan peradangan dan degenerasi neuron di otak yang seiring waktu dapat menyebabkan demensia Alzheimer," kata Avidan.

Baca Juga: Mahfud MD Selalu Apologi Tiap Muncul Kasus Hukum Baru, Rocky Gerung: Jurus Hindari Cibiran Publik

“Sekarang, kami tidak dapat mengatakan bahwa jika Anda tidur 4 jam semalam bahwa dalam 20 tahun Anda akan mengembangkan demensia Alzheimer,” tambahnya.

Asosiasi Alzheimer setuju bahwa masih terlalu dini untuk menentukan hubungan sebab akibat tersebut.

“Bukti menunjukkan bahwa gangguan tidur - seperti sleep apnea atau gangguan pola tidur - dapat meningkatkan risiko Alzheimer dan demensia di kemudian hari, atau bahkan mungkin menjadi tanda awal penyakit ini,” kata Heather Snyder , PhD, wakil presiden Asosiasi Alzheimer.

Baca Juga: Ketua KPK Diminta Mundur Bila Terbukti Pelanggaran Kode Etik, Firli: Kita Ikuti Saja, Mohon Maaf

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan antar tidur dan demensia, seperti perubahan otak yang disebabkan oleh penyakit menyebabkan gangguan tidur, atau perubahan pola tidur yang meningkatkan risiko demensia.

Snyder mengatakan Asosiasi Alzheimer telah mendanai para peneliti yang melakukan pekerjaan di bidang ini, termasuk Dr. Andrew Varga , seorang ahli saraf dan dokter di Pusat Tidur Integratif Mount Sinai di New York.

Dia meneliti bagaimana gangguan tidur dapat menyebabkan penumpukan tau yang lebih cepat, protein otak abnormal yang terkait dengan penyakit Alzheimer.

Baca Juga: Kebiasaan Presiden Jokowi Buat Ingat Mobil Esemka, Demokrat: Produk Belum Ada, Udah Siap Dijual

Sementara itu, Avidan menjelaskan bahwa tidur yang cukup merupakan soal kuantitas dan kualitas, juga menekankan bahwa kesalahan yang umum adalah pernyataan seiring bertambahnya usia, mereka membutuhkan lebih sedikit tidur.

 

"Itu sama sekali tidak benar, apakah Anda berusia 18 atau 80 tahun. Untuk orang berusia di atas 18 tahun, jumlah tidur harus dan harus antara 7 dan 8 jam secara teratur. Ini adalah rekomendasi konsensus untuk kesehatan yang baik," ujarnya.

Avidan juga mencatat bahwa jam tidur tidak bisa dipisahkan antara tidur malam dan siang hari, sehingga tidur yang benar adalah yang dilaksanakan secara berturut-turut.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: healthline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x