Kisah Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, Panglima Perang Penuh Kelembutan yang Wafat Terkena Wabah

- 31 Juli 2020, 06:40 WIB
Ilustrasi Abu ‘Ubaidah bin Jarrah.*
Ilustrasi Abu ‘Ubaidah bin Jarrah.* //*gagasonline

PR CIREBON - Sayyidina Abu ‘Ubaidah bin Jarrah merupakan salah satu dari sepuluh sahabat Nabi yang dijanjikan masuk surga.

Ia termasuk dalam al-sâbiqûnal awwalûn yang memiliki arti orang-orang yang paling awal masuk Islam. Sayyidina Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bahkan menominasikannya menjadi khalîfatur rasûl di Saqifah Bani Sa’idah.

Jujur dan amanah merupakan kualitas yang melekat dalam diri Abu ‘Ubaidah bin Jarrah.

Baca Juga: Tanggapi Hagia Sophia Jadi Masjid, Yunani: Kami akan Ubah Rumah Kemal Ataturk Jadi Museum Genosida

Karena itu, Sayyidina Abu Bakar tidak ragu mencalonkannya sebagai salah satu kandidat kuat penerus kepemimpinan Rasulullah. Perihal hal tersebut dituliskan dalam sebuah riwayat yang dituliskan Imam al-Hafidz Abu Na’im al-Asbahani.

Ia meriwayatkan cukup banyak hadits, dan menyaksikan banyak peperangan.

Menurut Imam Ibnu Ishaq dan al-Waqidi, Abu Ubaidah termasuk dalam sahabat yang turut berhijrah ke Habasyah (kâna miman hâjara ilâ ardlil habsyah), namun tidak menetap lama di sana.

Baca Juga: Singkap Kasus Pembunuhan Yodi Prabowo, Polisi Telah Periksa CCTV untuk Temukan Petunjuk Baru

Sayyidina Abu ‘Ubaidah digambarkan sebagai seorang yang berakhlak mulia, penuh kelembutan dan sangat tawaddu, sehingga Sayyidina Umar bin Khattab sangat menghormatinya, meski ia berada di bawah kepemimpinannya.

Dalam sebuah riwayat diceritakan, Sayyidina Umar bertemu dengan Abu 'Ubaidah, kemudian bersalaman dengannya dan mencium tangannya. Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu sangat tersentuh melihat kehidupan Sayyidina Abu ‘Ubaidah bin Jarrah.

Ketika ia berkunjung ke Syam, ia bertamu ke rumah Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, dan ia tidak melihat harta benda yang berharga di rumahnya.

Baca Juga: Lagunya Pernah Dinotis Cho Seung Youn, Kini Lagu Ardhito Pramono Masuk Jajaran Playlist Milik V BTS

Khalifah Umar berkata bahwa beliau tidak melihat apa-apa kecuali alas pelana, piring besar dan griba (wadah air kecil dari kulit), padahal Abu 'Ubaidah adalah gubernur (Syam), Sayyidina Umar kemudian bertanya "Apakah kau memiliki makanan?”

Sayyidina Abu ‘Ubaidah beranjak untuk mengambil keranjang yang berisi potongan roti. Sayyidina Umar menangis melihat itu, dan berucap: “Dunia telah mengubah kami semua selain engkau, wahai Abu ‘Ubaidah” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, juz 1, h. 18).

Setelah berhasil memperluas wilayah di Syam dan sekitarnya, terjadilah wabah besar di Syam . Khalifah Umar khawatir dan mengirimkan sebuah surat kepadanya agar ia segera kembali.

Baca Juga: Presiden Jokowi Disebut Negarawan Cerdas, Ruhut Sitompul: Beliau Bisa Satukan Prabowo dan Luhut

Setelah membaca surat tersebut, Sayyidina Abu ‘Ubaidah berkata, “Aku mengerti kebutuhan Amirul Mukminin, sesungguhnya ia ingin mengamankan kelangsungan hidup seseorang yang tidak abadi.”

Kemudian Sayyidina Abu ‘Ubaidah membalas surat Khalifah Umar, ia menulis, “Sungguh aku mengerti kebutuhanmu (menyuruhku kembali), maka bebaskan aku dari kekuasaanmu (mengundurkan diri dari jabatan). Karena aku bersama pasukan muslim (di sini), aku tidak ingin (berpisah) dari mereka” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, juz 1, h. 18-19).

Membaca surat itu, Khalifah Umar menangis. Seseorang bertanya kepadanya, “Apa Abu ‘Ubaidah telah meninggal?” Umar menjawab, “Tidak, tapi kematian dekat dengannya.”

Baca Juga: Menjadi Rumah Puluhan Ribu Militer AS, Pusat Kekuatan Udara AS di Okinawa 'Disegel' karena Covid-19

Beberapa saat kemudian, Sayyidina Abu ‘Ubaidah wafat terkena wabah ‘Amwas. Banyak juga pasukannya yang meninggal.

Abu 'Ubaidah bersama 36.000 pasukannya tidak dapat bertahan hidupm kecuali 6.000 orang lainnya.

Alasan lain kenapa Sayyidina Abu Ubaidah tidak meninggalkan Syam (pusat wabah), karena ada hadits Nabi yang melarang orang-orang dari daerah wabah keluar. Tujuan dari larangan tersebut adalah, agar wabah tidak meluas sehingga sulit dikontrol dan dikendalikan.

Jika orang-orang yang berasal dari pusat wabah keluar dari daerahnya, tidak menutup kemungkinan wabah akan semakin luas penyebarannya. Menurut Abu Hafsh al-Fallas, Sayyidina Abu ‘Ubaidah bin Jarrah radhiyallahu ‘anhu wafat pada tahun ke-18 Hijriah, di usia 58 tahun.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah