Usia Penderita Serangan Jantung di Indonesia Lebih Muda

- 22 September 2022, 14:37 WIB
Usia penderita jantung disini, lebih muda dari penderita serangan jantung di AS, Eropa dan Jepang./pikiran-rakyat.com
Usia penderita jantung disini, lebih muda dari penderita serangan jantung di AS, Eropa dan Jepang./pikiran-rakyat.com /
 
SABACIREBON-Serangan penyakit jantung tidak lagi pilih-pilih usia.
 
Tidak ada diksi penyakit jantung akan menyerang manusia dengan umur yang lebih tua.
 
Atau manusia dengan usia yang lebih  muda akan gampang terhindari dari serangan penyakit mematikan ini. 
 
Suatu data memperlihatkan, jumlah penderita serangan penyakit jantung di Indonesia relatif lebih muda dari penderita serangan penyakit jantung di Amerika, Eropa dan Jepang.
 
Baca Juga: Sel Tahanan Ferdy Sambo Kosong Saat dikunjungi Najwa Shihab, Benarkah?
 
Dokter Jantung dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Siska S Danny, SpJP(K) mengatakan ini. Dr Siska  S Danny merupakan dokter  jantung dan pembuluh darah. 
 
Data itu memperlihatkan,  usia  pasien serangan jantung di Indonesia rata-rata 57 tahun.
 
Usia penderita penderita ini jauh lebih muda dibandingkan usia di Amerika atau Eropa. 
 
Di negara ini, usia penderita rata-rata  di umur 60-65 tahun.
 
Baca Juga: Mantan Presiden AS Trump Kembali Terjerat Kasus Hukum
 
Malah di Jepang lebih tua lagi," ujar dia dalam acara daring bertajuk “Cardiovascular medicine in 2022 and beyond: Adaptive, personalized and evidence-based”, Kamis.
 
Adanya jarak usia ini, menurut Siska akibat faktor resiko di Indonesia lebih tinggi.

Siska kemudian menunjuk salah satu faktor resiko yang paling menyolok, yaitu  kebiasaan merokok.
 
Merujuk data pasien-pasien serangan jantung mencakup sembilan provinsi pada 2018-2019, sebanyak 65 persen pasien serangan jantung adalah perokok.

"Ini sesuai dengan data nasional bahwa proporsi perokok di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia," kata dia seperti dilaporkan Antara.
 
Baca Juga: November Bandara Kertajati Majalengka Mulai Melayani Penerbangan Umrah

Tak hanya itu, sebanyak 51 persen pasien serangan jantung di Indonesia juga mengalami hipertensi dan 27 persen diabetes.

Hal ini ditambah adanya peningkatan angka kolesterol.
 
Juga kelebihan berat badan atau overweight dan gaya hidup kurang aktif yang semuanya berkontribusi pada peningkatan risiko terjadinya serangan jantung.

"Kalau Anda terkena serangan jantung, itu risiko 11,7 persen Anda akan meninggal dunia di rumah sakit. Jadi, 1 dari 10 pasien serangan jantung yang meninggal di rumah sakit," ujar Siska.

Menurut Siska, berdasarkan data, salah satu upaya dokter untuk meningkatkan angka harapan hidup pasien yakni membuka sumbatan pembuluh darah koroner yang membuat otot jantung mengalami kerusakan.
 
Baca Juga: KPK Lakukan Panggilan Kedua Kepada Lucas Enembe Sebagai Tersangka Korupsi

"Revaskularisasi selama perawatan, memberikan harapan yang lebih baik. Kalau tidak ada upaya lebih untuk memperbaiki aliran darah maka yang meninggal 16,9 atau hampir 17 persen," catat dia.

Namun, ini terkendala akses dan keterlambatan pasien. Menurut dia, tindakan membuka sumbatan memiliki waktu emas yakni 12 jam pertama sejak terjadinya keluhan. Ini agar hasil perawatan lebih baik.

"Sedikit pasien datang dalam fase dini serangan jantung," tutur Siska.***

Editor: Aria Zetra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x