Patung Anjing Hachiko di Stasiun KA Shibuya Tokyo Sebagai Lambang Kesetiaan

24 Januari 2024, 06:57 WIB
Patung anjing Hachiko di pelataran stasiun kereta api Shibuya /

SABACIREBON – Kesetiaan sebagai budaya masyarakat Jepang tumbuh seiring waktu dan tidak punah meski zaman sudah memasuki era teknologi canggih sekali pun.

Budaya membungkukkan  badan sebagai rasa hormat ketika berjumpa seseorang, juga menjadi ciri khas kehidupan sehari-hari masyarakat negara Matahari Terbit itu.

Salah satu ikon kesetiaan bagi kehidupan masyarakat di Jepang tertuang dalam sebuah kisah seekor anjing bernama Hachiko yang hidup antara 1925 hingga 1935 di sebuah tempat di daerah Shibuya, Tokyo, Jepang.

Baca Juga: Survei EPI Center: Gerindra salip PDIP, PSI berpeluang ke Senayan 

Begitu mendunianya kisah hidup seekor anjing ras Akita bersama majikannya Profesor Ueno, seorang dosen pada Universitas Tokyo. Hachiko yang diasuh Prof. Ueno sejak bayi, akhirnya menjadi sahabat yang paling setia selama hidupnya.

Tertarik atas kisah kesetiaan Hachiko kepada majikannya itu mendorong saya untuk berkunjung ke halaman stasiun kereta api Shibuya, Jepang hanya sekedar untuk melihat dan membayangkan kisah kesetiannya kepasa sang majikan.

Mengulang kunjungan saya ke stasiun Shibuya, Kamis pekan lalu bersama isteri menyempatkan pula untuk kelima kalinya mampir dan kembali melihat patung seekor anjing yang begitu populer dijadikan obyek berfoto oleh para wisatawan.

Baca Juga: Keluarga dan Para Sahabat Hadiri Ultah ke-77 Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri 

Stasiun Shibuya menjadi salah satu destinasi wisata Jepang yang tetap ramai setiap harinya. Entah apa lagi yang menarik di halaman stasiun Shibuya itu. Namun lokasi yang bersebelahan dengan perempatan jalan dan penuh dengan berbagai toko dan pusat perbelanjaan, selalu saja dipadati manusia dari berbagai belahan dunia.

Dilansir dari website Atlas Onscura, jika ada satu hal  yang bisa diandalkan oleh Profesor Ueno, itu adalah pemandangan rekan setianya yang dengan sabar menunggunya saat dia turun dari kereta setiap malam setelah perjalanan atau kembali dari kampusnya.

Setiap hari selama setahun, Akita Emas demikian julukan Profesor Ueno kepada Hachikō, akan menemani pemiliknya ke Stasiun Shibuya, dan setiap hari dia menunggu profesor kembali untuk berjalan pulang ke tempat kediamannya.

Baca Juga: Pelaku Penyalahgunaan BBM Jenis Solar di SPBU, Akhirnya Ditangkap Polisi 

Patung anjing Hachiko di latarbelakang kami berdua

Suatu hari yang menyedihkan, kereta datang, tapi Profesor Ueno tidak muncul. Hachikō kembali keesokan harinya, dan keesokan harinya, namun dia tidak menjumpai majikannya.

Tidak ada cara untuk memberitahu anjing malang itu apa yang terjadi dengan tuannya. Profesor Ueno telah meninggal karena stroke ketika sedang menjalankan profesinya di Kampus Universitas Tokyo dan tidak akan pernah lagi turun dari kereta dimana Hachiko dengan setia menunggu  menyambutnya lagi.

Selama sembilan tahun, Hachikō menunggu kedatangan kereta setiap hari, hanya untuk berangkat sendirian menjemput majikannya yang sebenarnya telah tiasda.

Baca Juga: Ditunggu Lebih 1 tahun, Bansos Bagi 2.057 Ojol dan Sopir Angkot di Kota Cirebon Akhirnya Turun

Para penumpang dan pegawai stasiun akan memberinya camilan dan menemaninya. Bahkan  seorang murid lama dari profesor tersebut menelusuri kembali silsilah anjing tersebutdan  menyatakan Hachikō sebagai salah satu dari hanya 30 ekor anjing Akita ras murni yang tersisa di dunia.

Ia menjadi selebriti selama bertahun-tahun, menginspirasi buku, film, seni, dan puisi, dan hadir pada peresmian patung perunggu miliknya, yang versinya masih ada di Stasiun Shibuya sebagai tempat pertemuan populer.

Ketika Hachikō meninggal karena penyakit kanker dan cacingan di jalanan Shibuya pada tahun 1935, jenazahnya diawetkan  dan disimpan setrta sekarang dapat dikunjungi di Museum Sains Nasional Jepang di Ueno, Tokyo.

Baca Juga: Mesir Melaju Dramatis ke Fase Selanjutnya Piala Afrika 2023

Hachikō yang diapit taksidermisasi adalah Jirō, salah satu dari dua Sakhalin Huskies yang terkenal karena bertahan satu tahun di Antartika setelah ditinggalkan selama ekspedisi ilmiah yang gagal ke Kutub Selatan, dan Kai Ken (a.k.a. “Tora Inu” atau “Tiger Dog”), ras langka anjing yang dianggap sebagai ras anjing paling kuno dan paling murni di Jepang.

Jika di halaman stasiun kereta Shibuya, patung Hachiko ditempatkan pada sebuah penyangga tembok permanen setinggi 1,75 meter, lain lagi di sebuah museum sains di Ueno, Hachikō ditempatkan pada  etalase yang mewakili tinggi badan sebenarnya.

Penempatan ini mengajak pengunjung  untuk berlutut seperti Anda membelai anjing hidup. Hal ini juga menempatkan dia berhadapan langsung dengan anak-anak yang dengan gembira berlari ke arahnya sambil berteriak, “Hachikō! Hachiko!” ketika mereka mengintainya  dari sudut ruangan.***

Editor: Otang Fharyana

Tags

Terkini

Terpopuler