Quotes Ramadhan Hari ke-17 Puasa: Al-Quran Kitab Kebahagiaan

29 April 2021, 08:02 WIB
Quotes Ramadhan hari ke-17 puasa, Kamis 29 April 2021 / 17 Ramadhan 1442 H, memaparkan tentang ‘Al-Quran Kitab Kebahagiaan’.* /Pixabay/Afshad

PR CIREBON — Mukjizat yang terkandung dalam ayat-ayat suci Al-Quran senantiasa menuntun hidup kita tentang cara meraih kebahagiaan.

Terlebih, bila dikaji lebih jauh lagi, sebagaimana tujuan akhir setiap perintah Allah SWT adalah, “supaya kalian berbahagia / beruntung” (la’allakum tuflihuna).

Quotes Ramadhan hari ke-17 puasa, Kamis 29 April 2021 / 17 Ramadhan 1442 Hijriah, memaparkan tentang ‘Al-Quran Kitab Kebahagiaan’.

Baca Juga: Terpapar dari Lawan Main Musiknya, Shin Sung Rok Dinyatakan Positif Covid-19

Dengan menukil ruang inspirasi Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Didi Junaedi, MA.‎, di mana ia mengutip satu ayat Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 189:

“...dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (bahagia).” (Q.S. Al-Baqarah: 189)

Dalam Al-Quran, kalimat la’allakum tuflihuna yang berarti ‘supaya kalian berbahagia’ disebut sebanyak 11 kali, yaitu pada: Q.S. Al-Baqarah: 189, Q.S. Ali Imran: 130, 200, Q.S. Al-Maidah: 35, 90, 100, Q.S. Al-A’raf: 69, Q.S. Al-Anfal: 45, Q.S. Al-Hajj: 77, Q.S. An-Nur: 31, dan Q.S. Al-Jumu’ah: 10.

Baca Juga: Punya Bayak Manfaat, Namun Dua Kategori ini Tak Boleh Konsumsi Kulit Buah Kiwi!

Menelaah dan mengkaji dari ayat-ayat tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa semua perintah Allah SWT dimaksudkan agar kita hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Dan, jika menelusurinya lebih dalam lagi, ayat-ayat yang mengungkapkan tentang kebahagiaan di tersebut, akan didapatkan sejumlah langkah yang harus kita tempuh untuk dapat mencapai kebahagiaan.

Secara garis besar, dari hasil bacaan serta kajian penulis terhadap sejumlah ayat tersebut, kata kunci agar kita meraih kebahagiaan dunia-akhirat adalah takwa.

Baca Juga: Apakah Kulit Buah Kiwi Bisa Dimakan? Begini Penjelasannya!

Takwa biasa dimaknai dengan kepatuhan dan ketaatan menjalankan segala perintah dan seruan Allah SWT, serta kesabaran dan ketabahan dalam menghindari dan menjauhi segala larangan-Nya.

Adapun penjabaran dari makna takwa pada rangkaian ayat-ayat tersebut antara lain sebagai berikut: 

Pertama, sabar. Sabar secara bahasa adalah menahan atau mengendalikan diri. Adapun secara syari’at, sabar adalah mengendalikan diri dalam tiga kondisi: pertama, sabar dalam taat kepada Allah SWT.

Baca Juga: Ramalan Shio Harian, Kamis 29 April 2021: Shio Monyet, Ayam Jago, Anjing, dan Babi, Jangan Pusing!

Sabar dalam menahan diri terhadap perkara yang diharamkan, dan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah SWT.

Kedua, syukur. Secara bahasa, kata syukur berarti menyingkap (al-kasyfu) atau membuka, lawan kata menutup (al-kufru).

Ar-Raghib al-Asfahani dalam Mu’jam Mufradat Alfadz al-Qur’an menjelaskan bahwa makna syukur adalah ‘gambaran di dalam benak tentang kenikmatan dan menampakkannya ke permukaan’.

Baca Juga: Ramalan Shio Harian, Kamis 29 April 2021: Shio Tikus, Kerbau, Macan, dan Kelinci, Sesuaikan Keadaan!

Syukur dalam pengertiannya yang lebih luas adalah mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat itu berasal dari Allah SWT, yang kadar serta ketentuan nikmat itu sesuai dengan kehendak-Nya.

Dengan memahami konsep ini, maka setiap orang akan menerima sepenuh hati nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya. Syukur atas nikmat adalah salah satu cara efektif untuk bisa merasakan kebahagiaan hidup.

Ketiga, banyak menyebut dan mengingat Allah (zikir). “...Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kalian beruntung (berbahagia)...” (Q.S. Al-Anfal: 45).

Baca Juga: Ramalan Shio Harian, Kamis 29 April 2021: Shio Naga, Ular, Kuda, dan Kambing, Dapat Hoki, Beruntung!

Salah satu bukti rasa cinta seseorang yang akan menimbulkan perasaan bahagia adalah seringnya menyebut dan mengingat nama yang dicintainya.

Dengan terus menerus menyebut nama yang dicintainya, maka seseorang akan merasakan kebahagiaan. Demikian halnya, jika seorang hamba benar-benar mencintai Tuhannya, maka dia akan terus-menerus mengingat dan menyebut nama Tuhannya.

Karena hal ini akan menimbulkan perasaan bahagia tak terhingga. “...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tenang.” (Q.S. Ar-Ra’d: 28)

Baca Juga: Makanan Apa Saja yang Bisa Sebabkan Diare? Ternyata Kopi Adalah Salah Satunya!

Keempat, menjauhi prasangka. Di antara penyebab kegelisahan hati, ketidaktenangan jiwa, serta keresahan batin adalah munculnya prasangka (negatif) atau buruk sangka.

Seseorang yang selalu berprasangka negatif terhadap orang lain, juga berprasangka buruk terhadap Allah tidak akan pernah merasakan ketenangan batin serta jauh dari perasaan bahagia.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa...” (Q.S. Al-Hujurat: 12). 

Baca Juga: Rencana Bikin Motor Listrik Model Bobber Style, Ridwan Kamil: Bisa Gak? Bisa Lah Masa Engga

Kelima, berserah diri hanya kepada Allah (tawakkal). Secara bahasa tawakal berarti: bersandar, berserah diri, mewakilkan. Adapun secara istilah, tawakal biasa dimaknai dengan penyerahan sesuatu kepada Allah SWT atau menggantungkan urusan diri kepada Allah setelah sebelumnya berikhtiar maksimal.

Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal adalah: “Menyandarkan diri kepada Allah SWT, dalam menghadapi setiap kepentingan, bersandar keapada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencanan, dengan jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.” 

Orang yang bertawakal, akan menyerahkan dan mengembalikan masalah yang dihadapinya kepada Allah SWT setelah benar-benar berikhtiar. Ia berserah diri karena memang semua usaha sudah dilakukan secara maksimal. Apa pun hasil akhir dari ikhtiar yang telah dilakukannya, akan diterimanya dengan sikap tawakal.

Baca Juga: Prediksi Liga Europa: Man Utd vs Roma, Anthony Martial dan Eric Bailly Dipastikan Absen di Laga Semifinal

Beberapa langkah yang diajarkan Al-Quran tersebut, juga langkah-langkah lain yang terdapat dalam sejumlah ayat lainnya, akan menuntun kita menapaki tangga demi tangga menuju kebahagiaan hakiki, yaitu kebahagiaan abadi, yang dimulai sejak hidup di dunia ini hingga sampai ke akhirat nanti.

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa Al-Quran adalah kitab kebahagiaan.***

Editor: Linda Agnesia

Tags

Terkini

Terpopuler