PR CIREBON - Banyak masyarakat yang belum tahu asal usul bir pletok yang menjadi minuman ikonik orang-orang Betawi.
Meski ada embel-embel bir pada namanya, bir pletok yang merupakan minuman khas Betawi yang sebenarnya tidak mengandung alkohol.
Pada masa penjajahan, orang-orang Betawi di Jakarta melihat kebiasaan orang Belanda yang biasa menyesap bir untuk menghangatkan badan.
Baca Juga: Pria Pemanjat Baliho Kembali Berulah, Diturunkan Secara Paksa Menggunakan Crane
Orang Betawi juga ingin membuat minuman serupa, namun karena sebagian besar tidak minum alkohol, dibuatlah bir pletok yang bahan bakunya sama sekali tidak memabukkan.
Dilansir dari Antara, embel-embel pletok yang disematkan dalam bir khas Betawi ini bisa berasal dari dua hal.
Pertama, 'pletok' diduga berasal dari bunyi bahan-bahan bir saat dikocok dalam seruas bambu bersama es batu.
Baca Juga: Polisi Sebut Bahar Smith Menolak Diperiksa Terkait Kasus Penganiayaan: Dilimpahkan ke Kejaksaan
Kemungkinan kedua, 'pletok' diambil dari bunyi tutup botol anggur ketika dibuka.
Bir pletok diramu dari campuran rempah, yakni kapulaga, cengkeh, jahe, serai, cabe Jawa, kayu manis dan gula.
Warna merah pada bir pletok berasal dari secang yang juga jadi campuran bahan minuman wedang uwuh. Bir pletok dapat diminum saat dingin maupun panas.
Baca Juga: Simbol Jempol Kejepit Bukan Bermakna Mesum, Ini Arti Sesungguhnya
Selain untuk menghangatkan tubuh, dapat juga untuk memperlancar peredaran darah, mengobati migrain, mengatasi nyeri, dan memulihkan radang sendi.
Bir pletok dapat dibeli di restoran yang terletak di Kota Tua atau toko khas oleh-oleh Betawi di Lenggang Jakarta dalam kawasan Monas.
Bila ingin mencicipi bir pletok yang segar, bukan dalam kemasan, wisatawan dapat mengunjungi pusat perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Gelombang Protes di Thailand Semakin Tegang, Tuntutan Reformasi Monarki Disuarakan
Bir pletok adalah satu dari delapan ikon budaya Betawi selain ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen Gigi Balang, baju Sadariah, kebaya keranacang, batik Betawi dan kerak telor.***