Corona Serang Stabilitas Ekonomi, Oxfam Prediksi 500 Juta Warga Dunia akan Jatuh Miskin

- 10 April 2020, 13:30 WIB
ILUSTRASI krisis ekonomi.*
ILUSTRASI krisis ekonomi.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT- Dampak buruk akibat pandemi virus corona mulai dirasakan, tak hanya jumlah kematian yang mencapai lebih dari 1,4 juta jiwa, kini corona mulai menjajaki sistem stabilitas ekonomi dunia.

Bahkan sebuah yayasan amal independent yang berpusat di Kenya, Oxfam, telah memprediksikan sekitar 500 juta warga akan jatuh miskin akibat pandemi virus corona ini.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Reuters, lembaga nonprofit yang merupakan gabungan dari 19 yayasan independet ini, akan menggelar sebuah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional pada minggu depan perihal dampak ekonimi akibat corona.

Baca Juga: Serukan Dukungan untuk WHO, Sekjen PBB: Perangi Covid-19 dan Jaga Persatuan

Pertemuan yang beragendakan pembahasan status ekonomi dunia akibat maraknya wabah Covid-19 ini dilakukan di Nairobi, Kenya.

Disebutkan bahwa akan terjadi peningkatan tingkat kemisikinan global secara besar-besaran. Mengingat turunya pendapatan dan konsumsi dosemtik.

"Krisis ekonomi yang saat ini terjadi lebih parah daripada krisis keuangan dunia pada 2008, dari estimasi yang dibuat, apa pun skenarionya, kemiskinan global dapat meningkat untuk pertama kalinya sejak 1990," demikian prediksi Oxfam.

Baca Juga: Kenang Masa Lalu Bersama Almarhum Glenn Fredly, Aura Kasih: Kamu Selalu Ada di Hati Aku

Lembaga itu menambahkan, sejumlah negara dapat kembali masuk kategori miskin sebagaimana yang pernah terjadi pada 30 tahun lalu.

Lebih lanjut, penulis laporan itu turut menyusun sejumlah skenario, termasuk di antaranya kriteria miskin Bank Dunia, mulai dari miskin ekstrem sampai tingkat kemiskinan lebih tinggi.

Kemiskinan ekstrem ditandai dengan penghasilan 1,90 dolar AS (sekitar Rp30.000) per hari, sementara kemiskinan lebih tinggi ditandai dengan pendapatan kurang dari 5,5 dolar AS (sekitar Rp87.000) per hari.

Baca Juga: Diapit Dua Negara dengan Covid-19 Paling Banyak, Korea Utara Behasil Lolos dari Corona

Tak hanya itu, Oxfam menyakini bahwa perempuan lebih berisiko daripada laki-laki karena banyak kaum hawa bekerja di sektor informal dengan sedikit atau tanpa jaminan terhadap hak-hak pekerja.

"Hidup dari hari ke hari, para kelompok miskin ini tidak memiliki kesempatan berhenti kerja atau menyimpan persediaan kebutuhan pokok," peneliti Oxfam mengingatkan lewat laporan tersebut.

Selain itu, lembaga independent itu juga menambahkan lebih dari dua miliar pekerja informal di seluruh dunia tidak mendapatkan bayaran saat cuti sakit.

Baca Juga: Kisah Getir di Balik Lockdown India, Ratusan Pekerja Menganggur dan Anak-anak Kelaparan

Pada pekan lalu, Bank Dunia mengatakan, kemiskinan di Asia Timur dan wilayah Pasifik dapat meningkat sampai 11 juta orang apabila krisis akibat Covid-19 terus memburuk.

Oleh karena itu, Oxfam mengusulkan enam rencana aksi dengan tujuan untuk menyalurkan uang tunai bagi mereka yang membutuhkan serta meringankan beban sektor usaha.

Selanjutnya, Oxfam juga mendorong pembatalan penagihan utang dan meminta IMF memberi dukungan lebih banyak serta meningkatkan bantuan.

Baca Juga: Kebijakan Lockdown Dicabut, Ribuan Orang Mulai Berdesakan Penuhi Taman Nasional Tiongkok

Dana bantuan dapat dihimpun dari pajak orang-orang kaya, keuntungan usaha di luar target, dan hasil penjualan produk keuangan spekulatif, tambah Oxfam.

Permintaan untuk meringankan utang dalam beberapa pekan terakhir cukup banyak disuarakan di banyak negara dunia di tengah pandemi.

Setidaknya, pemerintah di negara-negara dunia perlu mengalirkan dana total 2,5 triliun dolar AS untuk membantu negara berkembang bertahan dari krisis.

Baca Juga: 3 Hal yang Harus Perusahaan Berikan pada Karyawan yang Bekerja di Kantor saat Covid-19

"Negara-negara maju menunjukkan pada saat krisis seperti ini mereka dapat mengalirkan dana triliunan dolar untuk membantu perekonomian mereka sendiri.

"Jika negara-negara berkembang tidak mampu bertahan dari krisis keuangan dan kesehatan ini, dampaknya akan merugikan semua negara, kaya dan miskin," tambah Oxfam lewat laporannya.***

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x