Pemulihan ekonomi yang lebih lama.
Menurut Bhima Yudhistira Adhinegara, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dampak yang terjadi jika depresi benar-benar terjadi dan berlangsung lama akan cukup menakutkan.
Baca Juga: Rose BLACKPINK Rilis Album Solo, Disambut Antusias Kpopers Indonesia hingga Trending di Twitter
“Kalau depresi terjadi dampaknya bisa mengulang seperti tahun 1930, terjadi kelaparan massal karena daya beli anjlok, pengangguran naik signifikan dan runtuhnya berbagai sektor khususnya yang padat karya,” ujar Bhima.
Dengan kondisi saat ini, Indonesia juga bisa mengalami pemulihan ekonomi yang lebih lama dengan kurva berbentuk huruf K atau K shaped recovery.
Ini terjadi karena sektor usaha yang pulih tidak merata. Ada yang bisa pulih dengan cepat karena usahanya bisa memanfaatkan situasi pandemi dan ada yang terpuruk dan belum bisa bangkit.
Baca Juga: Soal Investasi Miras, Ferdinand Hutahaean Bandingkan dengan Rusia: Negaranya Maju dan Kaya
Menurut Bhima, Indonesia masih bisa selamat dari jatuh ke lubang depresi jika fokus penanganan krisis kesehatan bisa berjalan dengan optimal dan wabah COVID-19 bisa terkendali lebih cepat.
“Masalah utama ekonomi Indonesia saat ini adalah rendahnya konsumsi masyarakat di dalam negeri karena ketidakpercayaan akan penanganan pandemi oleh pemerintah,” ungkap Bhima.
Risiko meningkatnya angka kemiskinan